“Anak-anak, ayo waktunya makan malam!” seru Yakub, memanggil kedua belas anaknya untuk makan malam. Mereka pun segera berkumpul di ruang makan keluarga, lalu makan bersama, dalam suatu suasana kekeluargaan yang harmonis. Selesai makan, mereka masing-masing masuk ke kamar tidurnya, begitu pun dengan Yusuf, anak kesayangan Yakub. Namun, saat Yusuf hendak membaringkan diri di tempat tidurnya, datanglah beberapa saudaranya mengganggu dia, “Kak, hentikan! Jangan pukul aku dengan bantal!” Yusuf memohon kepada saudaranya. Namun, saudara-saudaranya malah semakin menjadi-jadi, “Ayo, kita terus pukuli anak manja ini dengan bantal, hahahaha…” Kegaduhan yang mereka timbulkan membuat Yakub mendatangi kamar Yusuf, ”Hei kalian, hentikan! Kegaduhan apa ini? Sudah malam, ayo semua ke kamar masing-masing dan beristirahat!” Mendengar komando dari ayahnya, mereka pun segera bergegas menuju kamar masing-masing dan segera beristirahat. Memang, beberapa dari saudara-saudara Yusuf iri kepadanya, karena ayah mereka jauh lebih sayang kepada Yusuf, bahkan beberapa waktu yang lalu Yakub membuatkan sebuah jubah khusus untuk Yusuf, jubah yang megah dan sangat indah sekali. Malam pun berlalu, sinar mentari pagi mulai menyinari bumi.
Anak-anak Yakub pun mulai bangun, mereka segera mandi, lalu segera menuju ke ruang makan untuk sarapan. Bilha dan Zilpa, pembantu mereka, sudah menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga itu. Seusai sarapan, Yusuf berkumpul bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Kemudian Yusuf berkata, “Kak,tadi malam aku bermimpi aneh sekali. Aku bermimpi, tampak kita di ladang sedang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu.” Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya, “Apakah kau ingin menjadi raja atas kami? Apakah kau ingin berkuasa atas kami?” Setelah mendengar cerita mimpi itu, saudara-saudara Yusuf makin membencinya.
…………..
Penggalan cerita tersebut pasti kita semua mengetahuinya, kisah dari Yusuf, anak yang dijuluki ‘Si Tukang Mimpi’ oleh saudara-saudaranya. Saya yakin dan percaya kita semua pasti mempunyai mimpi / cita-cita. Namun ada yang harus kita pertegas dari awal, apakah mimpi/cita-cita kita itu seturut dengan kehendak Tuhan? Ataukah kehendak kita sendiri? Kalau mimpi kita hanya atas kehendak kita sendiri, lebih baik saudara berpikir dua kali untuk mengejar mimpi saudara itu, karena bila kita mengejar hal-hal yang tidak seturut dengan kehendak-Nya, niscaya kita sedang mengejar hal yang sia-sia dan kita juga akan membuang waktu kita. Yusuf, semenjak dari awal, sudah diberi tahu oleh Tuhan, bahwa kelak ia akan menjadi seorang penguasa. Namun karena ia masih muda, ia malah diolok-olok oleh saudaranya, bahkan ayahnya pun memarahinya. Sesungguhnya Saudara, dibutuhkan beberapa hal yang harus kita lakukan agar mimpi/cita-cita yang Tuhan taruh dalam hidup kita dapat menjadi nyata :
- Pertama, kita harus yakin bahwa apa yang menjadi cita-cita / impian kita itu adalah kehendak Tuhan. Karena hal ini adalah hal yang mendasar, bila kita mendapati bahwa impian yang hendak kita kejar itu tidak seturut kehendak-Nya, maka hendaknya kita bijak. Yesus saja berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa”. Yesus sudah memberi kita teladan, bila impian itu tidak seturut kehendak-Nya, maka jangan kita kejar, lebih baik kita cari tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan.
· Kedua, bila kita sudah yakin kalau impian kita seturut dengan kehendak Tuhan, maka hal selanjutnya adalah kita harus mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun rohani. Ketika kita sedang mengejar impian kita, ada berbagai macam tantangan dan ujian yang harus kita lewati. Yusuf harus merasakan dibuang ke sumur, dijual oleh saudaranya, lalu menjadi budak di Mesir. Tak cukup sampai di situ, ia pun juga difitnah oleh Tante Potifar, lalu dijebloskan ke penjara. Butuh persiapan fisik dan mental yang luar biasa untuk menghadapi semua itu. Namun tidak cukup hanya itu saja, kita juga harus menjaga kehidupan rohani kita seperti halnya Yusuf, agar roh kita peka. Ketika didalam penjara, Yusuf memperoleh karunia untuk mengartikan mimpi juru minuman dan juru roti. Disaat itulah Yusuf mendapat tiket untuk bertemu Sang Raja Mesir. Fisik dan mental kita butuhkan untuk bertahan dari segala ujian, tetapi kita lebih membutuhkan roh yang luar biasa untuk memberi kita kemenangan.
· Ketiga, ketika kita sudah mencapai impian kita, ada satu hal yang harus selalu kita ingat, bahwa apa yang kita terima itu adalah anugerah, meski kita yang diuji, tetap saja Tuhan yang memberi kemenangan, sehingga kita sama sekali tidak boleh sombong. Banyak anak-anak Tuhan yang terjatuh di titik ini, mereka menjadi sombong dengan apa yang mereka capai, padahal Tuhanlah yang membuat mereka mampu. Yusuf tidak pernah sombong walaupun ia menjadi penguasa atas seluruh Mesir, sehingga Firaun pun menyuruh seluruh keluarga Yusuf pindah ke Mesir dan memberikan mereka Tanah Gosyen, tanah terbaik di Mesir. Ketika kita menjadi sombong, maka fatal akibatnya, Raja Uzia karena kesombongannya, di akhir hidupnya ia menderita sakit kusta. Kesombongan adalah virus yang berbahaya dan sangat sukar untuk diobati. Hendaknya kita menjaga diri dari hal tersebut.
Awal tahun ini adalah waktu yang tepat untuk kita berpikir sejenak, apakah yang hendak kita lakukan di sisa hidup kita? Apa yang hendak kita kejar? Sudahkah seturut dengan kehendak Tuhan? Jangan biarkan hidup kita datar, tanpa kita mengalami sesuatu bersama Tuhan, karena hidup bukan untuk sekedar berlalu, ada masa depan yang menunggu setiap kita. Namun, kita juga jangan hanya menjadi seorang ‘Tukang Mimpi’, tetapi jadilah ‘Peraih Mimpi’. Tuhan memberkati. (Sdr daniel)
“…Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” 1 Korintus 15:58b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini