Bahan : 1 Petrus 1:23. Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan 80 cm dan bentangan sayap bisa sampai 2 meter. Rajawali membuat sarang jauh di atas puncak gunung bukan tanpa alasan. Sarang yang beratnya mencapai 200 kg bisa dijadikan tempat tidur untuk manusia. Sarang itu dibuat dari duri – duri, batu – batu, berbagai benda tajam, kemudian ia menambahkan kulit dan bulu – bulu binatang yang ia mangsa sehingga menjadi empuk dan nyaman untuk ditinggali. Anak – anak rajawali sangat dimanja oleh induknya. Namun itu hanya berlaku ketika mereka masih bayi dan belum bisa mencari makanan sendiri. Ketika anak rajawali berumur 6 – 7 minggu, maka ia akan membongkar sarangnya, sehingga anak rajawali itu akan kedinginan. Kejam? Tidak, hal ini justru akan merangsang tubuh anak rajawali untuk menumbuhkan bulu yang kasar dan lebih lebat. Ketika anak rajawali berumur 11 – 12 minggu, induk rajawali akan menggoyangbangkitkan sarangnya sehingga anak – anaknya akan berjatuhan. Anak rajawali itu sedang ‘diajari’ terbang oleh induknya. Menakutkan memang jatuh dari ketinggian seperti itu, tetapi induk rajawali selalu menopang anak – anaknya sehingga tidak ada satu pun anaknya yang dibiarkan terantuk ke tanah. Mungkin waktu mereka jatuh, pernah nyangkut di pohon, atau tergesek dengan batu di tebing, namun itulah cara sang induk untuk mengajari mereka terbang layaknya rajawali, proses yang tidak gampang. Dengan cara ini, anak – anak rajawali diajarkan untuk menggunakan potensi kekuatan sayap mereka, dan sang induk tahu, ketika mereka tidak menyadari potensi sayap mereka, mereka tidak akan pernah bisa terbang layaknya rajawali. Yah, mereka mungkin bisa terbang, namun cara mereka terbang tidak seperti rajawali.
Pengalaman kerohanian orang Kristen sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengalaman anak – anak rajawali ini. Induk rajawali tidak pernah merencanakan untuk terus menyuapi anak – anaknya sampai mereka tua! Namun ia melatih anak – anaknya untuk mandiri dan menjadi burung rajawali yang sebenarnya, burung yang perkasa. Banyak orang kristen yang sudah mengikut Tuhan bertahun – tahun, namun masih saja menjadi bayi – bayi rohani, yang selalu menunggu disuapi gembala mereka dengan khotbah –khotbah di hari Minggu, tidak pernah mau belajar bertumbuh dewasa dengan mencari makanan sendiri (membaca Alkitab, saat teduh pribadi). Salah satu akibatnya adalah mereka tidak bisa berkarya bagi kerajaan Allah, potensi mereka sebagai burung rajawali yang perkasa akan terkubur bersama dengan keacuhan mereka terhadap karya Allah dalam hidup mereka. Anak rajawali akan tumbuh dewasa, ketika ia mau dididik oleh induknya, dan mengikuti setiap pelatihan yang diberikanoleh induknya. Dan hasilnya mereka akan memiliki kekuatan, ketajaman, dan ketangkasan yang luar biasa, melebihi semua burung – burung yang lain.
Sekarang bagaimana dengan Saudara? Maukah Saudara menerima didikan Tuhan, Allah Bapa kita di Surga? Ia ingin sekali anak – anakNya tumbuh dewasa, memiliki iman yang tangguh, dan selalu menjadi pemenang dalam segala perkara. Anak rajawali berpotensi menjadi rajawali dewasa karena ia adalah benih induknya, begitu juga dengan kita, kita adalah benih Allah dan memiliki potensi untuk menjadi pewaris kerajaan-Nya yang kuat dan tangguh. Bertumbuhlah dewasa dalam Tuhan!. Oleh Sdra. Dodik
“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini