Sabtu, 03 September 2011

HillSong

Saudara pasti sudah tidak asing lagi dengan group musik dari Australia ini. Kali ini Realfresh akan menampilkan sedikit sejarah dari group musik ini dalam rubrik Historiela.

Pada waktu Hillsong Church di kota Sydney, Australia, memproduksi album puji dan sembah berkesinambungan dengan konferensi mereka di tahun 1997, yang sangat dikenal oleh dunia musik gereja di seluruh dunia: All Things are Possible, Ps Brian Houston, gembala sidang Gereja Hillsong mengungkapkan kerinduan hatinya melalui suatu pernyataan di awal rekaman video mereka. Ia berkata, bahwa Hillsong Church mempunyai suatu ambisi yang amat muluk untuk … ‘pada suatu saat menjadi sebuah gereja yang besar, terlalu besar untuk diabaikan begitu saja oleh masyarakat (sekuler) dunia’. Ternyata ungkapan isi hatinya tersebut laksana nubuatan seorang nabi Allah, yang pada waktu diucapkan, membekas di dalam hati para penggemar musik ‘praise and worship’ di seluruh dunia.

Album lagu-lagu kristiani tersebut dapat memadai ketenaran album God is in the House, yang direkam tahun sebelumnya dan berhasil membuahkan banyak sekali lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sangat mengesankan hati para penggemarnya. Album All Things are Possible dipenuhi oleh lagu-lagu ‘praise and worship’ dengan irama-irama menarik, seperti: Love You So Much, In Your Hands, Glory to the King, I Know It, dan terutama, yang dipergunakan sebagai judul album mereka: All Things are Possible. Lagu-lagu rohani tersebut sudah berhasil melanda dunia musik gereja di mana-mana, tanpa dapat dihalangi lagi.

Dua tahun sebelumnya ia berkata di akhir rekaman video Friends in High Places, bahwa semua pemusik berbakat yang mengambil bagian di dalam album-album produksi mereka bukanlah pemusik-pemusik terhebat, yang menjadi anggota di dalam jemaat gereja mereka. Tetapi orang-orang itu adalah individu-individu Hillsong Church yang mau bersatu hati, mengorbankan segala-galanya bagi Kristus, bersama-sama menjadi saksi dengan tujuan untuk meninggikan nama-Nya melalui lagu-lagu gubahan mereka - “…, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, …” (1 Samuel 17:46c)! Sebuah ayat yang menjadi motto dasar tujuan utama produksi-produksi musik rohani mereka, yang sudah disesuaikan dengan keadaan umat percaya di dunia masa kini. Jadi fokus utama Gereja Hillsong adalah -

memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus, dan bukan mempromosikan primadonna-primadonna ‘praise and worship’ baru yang ingin dikagumi di dalam tubuh Kristus.

Semenjak album pertama mereka: The Power of Your Love, diluncurkan pada tahun 1992, gereja-gereja lokal di Australia, dan juga di negara-negara tetangga sekitar benua tersebut, sudah tidak bisa mengabaikan lagi musik kristiani yang diproduksi oleh Gereja Hillsong. Karena lagu-lagu yang terdapat di dalamnya sudah menjadi langganan gereja-gereja yang lain, dipergunakan di dalam acara-acara ibadah mereka, diselipkan di antara lagu-lagu Hymne yang biasanya dinyanyikan oleh mereka.

Setiap tahun album-album produksi Hillsong Church selalu mengemukakan lagu-lagu pujian dan penyembahan unik yang berbeda-beda, yang mampu meraih ‘audiences’ yang baru, serta menjamah hati orang-orang percaya dari pelbagai denominasi-denominasi Kristen. Produksi-produksi musik ‘praise and worship’ mereka berhasil menjangkau ke luar benua Australia, masuk ke daerah Asia Pasifik, bahkan melanda pasaran musik kristiani beberapa negara di sekitarnya yang biasanya merupakan pangkalan produksi musik-musik seperti itu. Dari lagu Jesus Lover of My Soul di album mereka yang kedua, sampai lagu klasik I Give You My Heart yang merupakan ‘trademark’ album mereka yang kelima: God is in the House, muncul lagu-lagu baru lainnya yang jelas tidak dapat diabaikan begitu saja oleh masyarakat Kristen pada umumnya, baik di Australia maupun negara-negara yang lain di sekitarnya.

Untuk pertama kalinya, di dalam album God is in the House diperkenalkan nama seorang anggota tim pemusik baru Gereja Hillsong yang masih berusia muda sekali. Sedikit yang mereka ketahui pada saat itu, bahwa Reuben Morgan, penggubah lagu: I Give You My Heart, adalah utusan Tuhan untuk mempersiapkan tim pemusik mereka memasuki era yang baru menjelang abad yang ke-21. Tetapi yang pasti, semenjak saat itu ia telah mempengaruhi arah haluan semua produksi-produksi rekaman musik gereja yang amat termasyhur ini.

Tidak dapat dielakkan lagi, lagu-lagu karya mereka diterjemahkan di negara-negara lainnya, baik secara resmi ataupun tidak. Tim-tim pemusik gereja-gereja lain di mana-mana mencoba untuk meniru dan memproduksi gaya irama dan penyajian musik mereka yang amat unik tersebut. Kendatipun demikian, tidak ada satupun di antara mereka yang berhasil untuk ‘bisa’ menerima urapan sebesar yang diberikan oleh Tuhan kepada Hillsong Church. Ada yang meminta ijin terlebih dahulu, karena mereka menghargai peraturan-peraturan hak cipta yang ada, tetapi lebih banyak lagi yang berani menterjemahkan lagu-lagu karya mereka secara diam-diam, bahkan … ‘membajak’-nya tanpa merasa malu atau sungkan. Di Indonesia lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sering dinyanyikan di dalam ibadah-ibadah gereja, seperti: Kub’rikan Hatiku, Kucinta Kau, Penebusku Hidup, Engkau Kudus, Hadirat-Nya di Sini, Betapa Kumengasihi-Mu atau Ku b’ri Syukur adalah sebagian saja dari banyak sekali lagu-lagu terjemahan bebas yang berasal dari album-album mereka.

Lagu Shout to the Lord dari album mereka yang ketiga: People Just Like Us, hasil karya pena pemimpin (pendeta) ‘praise and worship’ Hillsong Church, Ps Darlene Zschech, sangat diakui oleh dunia musik kristiani masakini sebagai salah satu lagu penyembahan kontemporer terunik, yang sudah dapat dikategorikan termasuk di dalam seluruh daftar lagu-lagu Hymne yang paling populer sepanjang masa. Tahukah Anda, bahwa … Shout to the Lord adalah sebuah lagu penyembahan yang paling sering dinyanyikan oleh orang-orang percaya di dalam ibadah-ibadah gereja atau pertemuan-pertemuan kristiani di seluruh dunia saat ini?

Setiap detik di salah satu bagian pelosok bumi, selalu ada orang-orang Kristen yang sedang bersama-sama menyembah Tuhan, menyanyikan lagu penuh ‘kuasa’ tersebut. Melalui hasil penelitian data statistik yang dikumpulkan tahun 2002, ketenaran lagu Shout to the Lord hanya berada sedikit di bawah ketenaran lagu Hymne abadi: Amazing Grace, karya John Newton, semenjak lagu tersebut diciptakan dua abad yang lalu.

Ps Phil Pringle, gembala sidang Christian City Church, gereja terbesar lainnya di kota Sydney, mengatakan di dalam khotbahnya melalui acara televisi awal tahun 2003, bahwa tidak akan memakan waktu terlampau lama lagi, ketenaran lagu Shout to the Lord pasti akan melampaui ketenaran lagu Amazing Grace. Ungkapannya itu mudah sekali untuk dipahami berdasarkan kecepatan naiknya ketenaran mereka, mengingat akan besarnya perbedaan jangka waktu yang telah di lalui oleh kedua lagu penyembahan tersebut, semenjak mereka digubah dan dinyanyikan oleh jemaat-jemaat gereja di seluruh dunia untuk pertama kalinya. Selama ini lagu Amazing Grace selalu menduduki tingkat yang tertinggi, sebagai sebuah lagu kristiani yang paling banyak (sering) dipergunakan oleh orang-orang percaya di dalam acara-acara ibadah gereja.

Menjelang konferensi Hillsong Church di tahun 1996, terjadilah goncangan pertama yang amat mengejutkan para penggemar dan ‘penyorot’ gereja tersebut. Di dalam khotbahnya melalui acara televisi pada tahun 2003, Ps Brian Houston menceriterakan pengalaman sedih yang harus ia lalui bersama tim gerejanya pada waktu goncangan itu terjadi. Keberhasilan Hillsong Church, yang tidak dapat dibandingkan dengan kesuksesan yang sedang mereka alami sekarang, telah mengakibatkan perselisihan di dalam departemen musik mereka. Perpecahan tidak dapat dielakkan lagi! Ciri-ciri tersebut sebenarnya sudah mulai kelihatan setahun sebelumnya, pada waktu mereka merekam album keempat: Friends in High Places, sebuah album yang diproduksi sebagai persiapan untuk melaksanakan konferensi Gereja Hillsong tahun 1995. Kendatipun berita tersebut telah ditutup rapat oleh para pemimpin gereja, untuk mengelakan tersebarnya kabar angin yang tidak terkendalikan, para penggemar musik kristiani karya mereka mulai mempertanyakan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada saat konferensi tahun 1996 diselenggarakan.

Geoff Bullock, salah seorang talenta terbesar dan terpenting di dalam sejarah tim pemusik Gereja Hillsong semenjak mereka dibentuk pertengahan tahun 1983, tidak ikut mengambil bagian di dalamnya. Padahal ia tidak pernah absen sekali pun dari acara-acara konferensi tahunan Hillsong Church, yang saat ini sudah menjadi salah satu acara pertemuan orang-orang kristiani yang terbesar dan termasyhur di dunia, semenjak mulai diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1986. Tetapi meskipun mereka terpaksa harus melalui masalah persengketaan yang amat besar, terbuktilah seperti yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan, bahwa Ia selalu menyertai dan berada di pihak orang-orang yang memang sudah sedari awalnya dipilih untuk dibebani tugas mulia tersebut. Mereka telah ditentukan oleh Tuhan untuk melayani umat-Nya dan tubuh Kristus di dalam bidang seni musik ‘praise and worship’ di akhir zaman.

Ternyata album God is in the House, kendatipun diproduksi tanpa keterlibatan Geoff Bullock di dalamnya, adalah album tersukses dari semua album-album karya mereka sampai saat itu. Album tersebut tidak hanya disambut dengan gembira, tetapi juga dipeluk dengan hangat oleh gereja-gereja beraliran serupa di seluruh dunia, sebagai album pujian dan -

penyembahan yang paling bagus dan mengesankan. Lagu-lagu yang ada di dalamnya juga bisa diterima, dan dipergunakan oleh gereja-gereja tradisi besar lainnya di dunia, yang biasanya selalu menolak aliran-aliran musik kristiani yang bukan Hymne. Dari dalam album tersebut tampil banyak sekali lagu-lagu ‘praise and worship’ baru berirama segar yang amat mengesankan, disertai refrein-refrein ‘catchy’ yang mudah sekali untuk diikuti oleh para jemaat gereja pada saat mereka memuji dan menyembah Tuhan. Album God is in the House menghasilkan jauh lebih banyak ‘hits’ dari pada album-album sebelumnya, seperti: I Believe the Promise, And That My Soul Knows Very Well, Run to You, Jesus What a Beautiful Name, Thank You Lord dan lain sebagainya.

Ternyata semenjak ‘nubuatan’ Ps Brian Houston direkam di dalam video All Things are Possible, setiap tahun kesuksesan Gereja Hillsong khusus di bidang seni musik kristiani serta perkembangannya di dunia, menjadi semakin bertambah meningkat saja! Album berikutnya, Touching Heaven Changing Earth, yang diluncurkan pada tahun 1998, juga telah menghasilkan banyak sekali lagu-lagu baru yang tidak kalah hebatnya dari pada lagu-lagu yang terdapat di dalam album-album produksi mereka sebelumnya, seperti: Church on Fire, The Potter’s Hand, You are Holy, My Greatest Love is You, Holy Spirit Rain Down dan lain-lainnya. Kendatipun dari semula, semua album-album mereka sudah berhasil menembus pasaran-pasaran musik rohani di seluruh dunia, pada akhirnya Hillsong Church berhasil mendobrak secara tuntas pintu pasaran musik kristiani internasional pada tahun yang sama.

Melalui produksi rekaman gabungan bersama Integrity Music USA, salah satu perusahaan musik rohani terbesar di Amerika Serikat, bahkan pada waktu itu, di dunia, terciptalah album-album Shout to the Lord dan Shout to the Lord 2000, yang direkam ‘live’ di kota Sydney pada tahun 1998. Ron Kenoly dan Alvin Slaughter, dua orang pemimpin-pemimpin ‘praise and worship’ kawakan dan termasyhur di dunia, telah datang di Australia untuk ikut memeriahkan perekaman ‘live’ album Shout to the Lord 2000, mendampingi Ps Darlene Zschech dan timnya. Ketika kedua album itu baru saja diluncurkan, mereka melejit naik dengan kecepatan luar biasa sekali, menguasai pasaran-pasaran musik kristiani di Australia dan di dunia selama bertahun-tahun. Bahkan melalui peluncuran album-album tersebut, nama Hillsong Church bukan hanya melanda benua Amerika saja, tetapi juga berhasil menembus pasaran musik rohani negara-negara di benua Eropa. Berdasarkan data yang dikumpulkan awal tahun 2003, album Shout to the Lord telah terjual (hanya) di luar Australia lebih dari 500 000 keping. Sedangkan album Shout to the Lord 2000 pada saat diluncurkan untuk pertama kalinya di Amerika Serikat, terjual dengan begitu larisnya, sehingga langsung menduduki tangga kedua American Christian Charts di minggu yang pertama. Bahkan album tersebut berhasil menerobos masuk ke dalam Billboard Charts musik sekuler negara yang diakui mempunyai pasaran musik terbesar di dunia.

Semenjak saat itu, nama Hillsong Church yang berasal dari kota Sydney di Australia menjadi semakin dikenal luas di dunia sebagai nama grup pemusik kristiani yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari semua perbincangan tema musik ‘praise and worship’ yang ada masa kini. Meskipun sampai saat itu masyarakat Kristen dunia adalah bagian terbesar dari orang-orang yang sudah mengenal nama mereka, sebagian kecil dari para penggemar musik sekuler yang masih belum percaya, secara tidak langsung juga mulai mendengar keberadaan mereka sebagai salah satu grup yang ternama di dunia musik internasional.

Author : John Adisubrata

2 komentar:

  1. mantap informasinya...
    terima kasih ya, ini menambah wawasan saya.

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk informasinya..
    Kalo boleh saya mau minta lagu2 hillsong yg lain dong yg diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia selain yg telah disebutin di atas???
    Terima kasih
    Jbu

    BalasHapus

Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini

Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger