Senin, 05 Maret 2012


Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. Mazmur 103:13-14

Tidak diragukan lagi, betapa TUHAN mengasihi setiap kita. Seperti bapa sayang anaknya, bahkan kasihNya melebihi kasih seorang ibu. Yang aneh adalah ketika kita malah meragukan kasih TUHAN dalam hidup kita, padahal sudah nyata pengorbananNya di kayu salib, untuk membawa kita hidup kekal bersamaNya. Seringkali kita dibutakan oleh berbagai masalah dan persoalan, yang membuat kita menjadi tidak bisa merasakan kasih TUHAN yang begitu luar biasa. Saudara, ketika kita masih bisa bernafas, bisa melakukan berbagai aktivitas, memiliki kesehatan yang baik, serta bisa makan tiap hari, itu adalah bukti kecil dari kasih TUHAN dalam hidup kita. Seringkali kita hanya menganggap itu hal sepele, sehingga kasih TUHAN itu berlalu begitu saja dan tidak merasuk didalam hati kita. Rasakanlah dari hal yang paling kecil dan renungkan, maka Saudara akan mendapati bahwa dalam kehidupan kita, TUHAN mengalirkan kasih yang begitu luar biasa, kasih yang mengubahkan seluruh hidup kita.
            Tahukah Saudara, bahwa sebenarnya kasih TUHAN lah yang membuat kita menjadi begitu berharga? Tanpa TUHAN, kita bukanlah apa-apa. Namun ada orang-orang Kristen yang memberikan respon yang salah terhadap hal ini. Mereka merasa bahwa Allah menganggap mereka berharga, kemudian mereka menganggap diri mereka pun berharga, dan akhirnya mereka berbuat sesuka hatinya dihadapan TUHAN, melakukan “hal-hal yang tidak tahu diri”. Contohnya seperti apa? Ketika beribadah, masih saja ada orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka, mereka chatting, main facebook, twitter, SMSan, dan lain sebagainya. Saudara, kita ini ditebus untuk menjadi umat Allah, jadi kalau waktunya ibadah, ya ibadahlah dengan sungguh-sungguh, jangan diselingi dengan kegiatan-kegiatan yang mengganggu fokus ibadah kita. Maka dari itu, kita perlu menanamkan sikap tahu diri dalam kehidupan kita. Contoh lain, kita mengaku sebagai anak TUHAN, tapi jam doa pribadi kita sering kita tinggalkan. Mungkin kita berkata, “Lha capek kok, seharian melakukan berbagai aktivitas, mau doa sudah keburu tidur.” Ini juga merupakan salah satu sikap tidak tahu diri, lha wong kita sudah diberkati, masakan kita tidak mau berdoa mengucap syukur hanya karena kelelahan? Mari belajar meluangkan waktu untuk TUHAN, TUHAN beri 24 jam itu pasti cukup untuk melakukan berbagai aktivitas kita dan untuk kita bersekutu denganNya. Agar kita tidak berbuat semena-mena, tahu dirilah, bahwa kita ini hanyalah debu, yang hanya bisa berharap pada anugerah TUHAN untuk tetap hidup. Tanpa TUHAN, kita bukanlah apa-apa. Mari kita sama—sama instropeksi diri, masih adakah sikap kita yang tidak tahu diri dihadapanNya? Kalau ada, ubah itu Saudara, tanamkan sikap tahu diri dalam hidup kita!
            Mari kita belajar dari beberapa tokoh Alkitab, bagaimana mereka tahu diri dihadapan TUHAN.
1. Kisah Daud ketika membawa kembali tabut TUHAN ke kota Daud (2 Samuel 6). Yang menjadi teladan dalam kisah ini adalah Daud tidak tanggung-tanggung dalam memuji TUHAN. Banyak orang yang jaim (jaga image) ketika mereka memuji TUHAN. Suaranya pelan sekali waktu nyanyi, bahkan untuk mengangkat tangan pun rasanya berat. Tetapi kalau untuk teriak marah-marah, suaranya bisa keras sekali. Ketika membawa kembali tabut TUHAN ke kota Daud, Daud menari-nari dihadapan TUHAN dengan segenap tenaga, dia sama sekali tidak malu! Bahkan sampai dikatakan oleh istrinya bahwa Daud menari seperti orang gila! TUHAN kita adalah TUHAN yang bertahta atas pujian, kalau kita mengasihi TUHAN, berikan pujian yang terbaik, dengan suara yang paling keras, kalau perlu ekspresikan dalam gerakan dan tarian!
2. Kisah Zakheus (Lukas 19:1-10). Ketika Zakheus menerima Yesus sebagai  Tuhan dan Juruselamat, hal yang ia lakukan adalah memberi dengan tidak tanggung-tanggung. Yesus tidak pernah menyuruh Zakheus untuk mengembalikan harta orang-orang yang diperasnya, tetapi Zakheus dengan sadar melakukannya. Dia tahu diri, bahwa Yesus memberikan keselamatan padanya, dan itu mengajarkannya untuk belajar memberi. Zakheus tidak hanya mengembalikan harta orang yang pernah diperasnya, tetapi ia memberi empat kali lipat. Setelah kita mengenal Yesus, seharusnya memang tampak perubahan hidup seperti yang dialami Zakheus ini. TUHAN memang tidak butuh uang, tetapi banyak orang yang membutuhkan uluran tangan, tahu dirilah, kita ini adalah saluran berkat, jadi belajarlah memberi dengan tidak tanggung-tanggung!
3. Kisah Paulus. Teladan Paulus yang patut kita ikuti adalah tidak tanggung-tanggung dalam mengikut TUHAN. Kalau Saudara mempelajari kehidupan Paulus, maka Saudara akan mendapati betapa Paulus mengikut TUHAN dengan segenap hidupnya, bahkan rela menderita dan mengalami berbagai penganiayaan. Saat-saat ini, saya melihat ada begitu banyak orang mengikut TUHAN, tetapi mereka hanya mengejar berkat. Mereka ikut TUHAN karena katanya di dalam TUHAN segala permasalahan bisa diselesaikan. Mengertilah Saudara, kekristenan bukanlah tentang hal itu. Kekristenan adalah bagaimana kita mengasihi dan menyenangkan hati TUHAN, yang telah menebus kita. Banyak tantangan di dalam kekristenan, tetapi justru itulah yang akan menjadi uijan bagi setiap kita, apakah kita sungguh-sungguh mengikut TUHAN atau tidak. Bagiku, hidup adalah Kristus, dan mati adalah suatu keuntungan.

 Author : Daniel Nova - EL A Youth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini

Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger