Senin, 02 Juli 2012

Semakin Dahsyat Semakin Luar Biasa !!

Sungguh hari yang sangat spesial buat kami, tanggal 2 Juli 2012 ada yang berulang tahun yaitu saudara Deni. Tuhan memberkati saudara Deni, semakin hari biarlah dia terus menjadi berkat buat sesamanya. Kasih saudara deni buat kami sungguh luar biasa, dia selalu menyapa orang terlebih dahulu kepada kami saat bertemu. terus berkarya saudara deni !! Tuhan memberkati




Minggu, 01 Juli 2012

Komsel Remaja Tingkir

 Kembali lagi dalam rubrik EL-ACTIVITY… kali ini kami akan membahas tentang kegiatan rutin EL-A YOUTH setiap kamis. Yaitu komsel remaja di Tingkir. Pelayanan ini dilakukan tiap hari Kamis jam 17:30 di Perumahan Telaga Mukti 1 Tingkir. Berikut dokumentasinya :



Mongol Bintang STAND UP COMEDY Pernah Jadi Pemimpin Gereja Setan

Dalam kisah sebelumnya, komedian Mongol mengungkapkan bahwa masa lalunya sangat kelam. Sebelum bertobat, ternyata ia pernah mengikuti sekte sesat, yaitu menjadi pemimpin gereja setan. “Dulu aku ikut satu komunitas namanya Church of Satan di satu link yang namanya Lucifer Circle. Aku pimpinannya dan aku pimpinan untuk benua Asia,” ujarnya serius.

Mongol merasa terlahir dari keluarga yang tak punya dasar agama yang kuat. Sehingga, hal itu membuatnya salah jalan dan mengikuti bahkan menjadi pemimpin sekte sesat gereja setan di Manado. Ketika itu Mongol dipilih sebagai pemimpin gereja setan untuk benua Asia karena dinilai cerdas. Makanya ia pun mendapat tugas untuk menyesatkan dengan cara membelokkan konsep kekristenan.

“Kita punya konsep yang namanya logically concept, konsep otak. Kerjaan kita membahas isi Alkitab mana yang bisa kita ubah secara konseptual dan kita munculkan dalam bentuk buku atau traktat lalu kita taruh di gereja atau di toko buku Kristen agar orang baca dan berubah pandangan,” paparnya. Pria kelahiran Manado 27 September 1978 itu memang tak main-main dengan pengakuannya. “Dulu aku begitu ditakuti. Menunjuk orang kalau aku bilang mati, ya mati,” ujarnya.

Namun, kini semua itu tinggal cerita. Mongol telah meninggalkan semua masa lalunya yang kelam itu. Ia pun mengaku tak menyangka, soalnya secara posisi, fasilitas dan segala kemewahan yang ditawarkan gereja setan kepadanya dirasanya tak mungkin bisa membuatnya bertobat.

Lantas bagaimana ia kemudian bisa “kembali ke jalan yang benar”? “Aku dijamah Tuhan dan bisa tersenyum sama tertawa. Dulu aku nggak bisa,” jawabnya, kali ini jelas tidak sedang melawak. “Itu adalah mukjizat pertama yang aku bilang adalah sukacita. Secara fisik dan otak, nggak mungkin aku bertobat, tapi bagi Tuhan nggak ada yang nggak mungkin,” sambungnya. Mongol merasa hidup jadi lebih indah setelah bertobat. Di balik kesuksesannya saat ini, ia percaya pada mukjizat. “Itu sudah kasih karunia Tuhan yang berlaku buat aku ketika aku mengalami pertobatan. Bagian terindah dalam hidup. Sekalipun senyumku jelek, aku bersyukur bisa tersenyum,” tandasnya.

Jakarta - Stand up comedy atau melawak dengan gaya monolog sedang digandrungi masyarakat. Di antara beberapa pelakunya, nama Mongol kini tengah naik daun lantaran dianggap lucu dalam setiap penampilannya. Pria bernama asli Rony Imannuel itu berhasil mencuri perhatian sejak pertama tampil di acara ‘Stand Up Comedy Show’ yang tayang di Metro TV. Banyak orang tertawa terpingkal-pingkal saat ia membawa materi lawakan seputar dirinya maupun realitas sosial di masyarakat. Mongol seringkali mengangkat tema seputar kaum homoseksual yang disebutnya dengan istilah KW. Masalah pencopet di Jakarta hingga jambul Syahrini pun tak luput jadi bahan leluconnya di atas panggung.

Perawakan Mongol unik. Matanya sipit dan kulitnya sawo matang. Sedangkan logat bicaranya terdengar seperti orang Batak. Namun ia mengaku asli kelahiran Manado, sedangkan ayahnya orang Mongolia. “Itu makanya aku dipanggil Mongol. Dari kecil memang sudah dipanggil begitu,” katanya. Adapun mengenai logat bicaranya yang seperti orang Batak, Mongol menjelaskan bahwa ia tinggal cukup lama bersama orang Batak saat pertama kali merantau ke Jakarta. Terlepas dari itu, selama ini memang tak ada yang percaya jika ia mengaku sebagai orang Manado.

“Dulu di Pasar Senen aku pernah ditanya, orang mana? Aku jawab, orang Manado. Eh dia nggak percaya dan bilang, orang Manado itu ganteng, kulit putih, dan hidung mancung. Lah, kau macam bodat (monyet dalam bahasa Batak) begitu,” kisahnya. “Kulitku hitam begini, makanya orang lebih percaya kalau aku orang Batak ketimbang Manado,” sambungnya seraya tertawa.

Dikisahkan, profesinya sebagai seorang comic (pelaku Stand Up Comedy) terjadi secara tak sengaja. Pertengahan Juli lalu, ia dijebak seorang temannya untuk tampil melucu di Comedy Cafe, Kemang, Jakarta Selatan. “Waktu itu kagetlah aku. Sumpah demi Tuhan, kaget. Ternyata aku disuruh melucu di depan orang-orang,” kenangnya.

Namun siapa sangka, lelucon Mongol di atas panggung itu ternyata sukses membuat seluruh penonton di tempat tersebut tertawa terpingkal-pingkal. “Puji Tuhan, waktu itu pecah istilahnya, menggelegar semua sampai berdiri tepuk tangan. Malah ada yang bilang, itu anak dikerjain saja bisa begitu, bagaimana kalau nggak?” paparnya.

Sejak saat itu, pria kelahiran Manado 27 September 1978 itu kerap diminta manggung dan melucu di kafe tersebut. Hingga suatu ketika, kesempatan menghampirinya untuk tampil dalam acara ‘Stand Up Comedy Show’ di Metro TV. Lantaran baru pertama kali tampil di televisi, Mongol pun tegang di depan kamera. Tak hanya itu, ia juga merasa gugup karena harus berdampingan dengan orang-orang yang dinilainya telah punya nama besar seperti Steny Agustaf, Soleh Solihun, Miund, Iwel Wel dan Isman.

“Gugupnya itu bukan hanya soal di depan kamera, tapi berdampingan dengan mereka itu kan berat. Siapalah aku ini? Apalagi penontonnya itu banyak banget. Makanya pertama kali jadi gugup,” ujarnya.

Namun lagi-lagi Mongol mampu mengalahkan kendalanya itu. Ia berhasil menguasai panggung dan membuat penonton tertawa. Begitu pula di episode-episode selanjutnya. Padahal diakuinya, selama ini ia tak pernah menghafal materi. Semua mengalir begitu saja.
Menyikapi keberhasilannya itu, Mongol pun mengaku bersyukur kepada Tuhan. Apalagi banyak penggemarnya yang beranggapan, penampilannya tak diragukan jika sudah naik ke atas panggung.
“Puji Tuhan sampai sekarang aku bisa dianggap beberapa orang dan komunitas sebagai salah satu comic yang sukses. Pokoknya dianggap salah satu dewa stand up comedy Indonesia. Ada yang bilang, kalau aku naik panggung sudah jaminan pasti lucu. Hahaha,” tuturnya.

Jakarta - Di balik kelucuannya, tersimpan masa lalu yang kelam. Setidaknya, demikianlah Mongol mengenang sejarah kesuksesannya sebagai salah satu bintang stand up comedy yang bersinar. Ya, di balik honornya yang telah mencapai Rp 8 juta sehari, ia punya cerita tentang cita-cita yang kandas.”Masa lalu aku dulu sangat kelam dan aku kemudian bertobat. Dalam Kristen istilahnya lahir baru,” ungkapnya saat berbincang dengan Detikhot. “Itu sudah kebiasaan orang Manado, dikala bertobat dan dijamah Tuhan, cita-citanya langsung jadi pendeta,” sambungnya diiringi tawa. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Mongol merantau dari Manado ke Jakarta untuk menempuh pendidikan sekolah pendeta. Itu terjadi pada 1997. Bisa dibilang, saat itu pria bernama asli Rony Imannuel tersebut berangkat ke Jakarta dengan modal nekat.
“Waktu itu aku berangkat hanya bawa duit 100 perak logam karena jadi pendeta itu dibiayai sponsor. Aku naik kapal laut dengan waktu 6 hari perjalanan dan singgah di kiri-kanan,” kisahnya.

Beberapa bulan di Jakarta, tak ada kejelasan dari pihak sponsor untuk menyekolahkan Mongol jadi pendeta. Hingga akhirnya harapannya tersebut kandas di tengah jalan. “Waktu itu aku kemudian tahu, orang yang mensponsori aku sudah pergi ke Amerika. Makanya akhirnya batal,” ujarnya masih menyisakan kesal.

Gagal masuk sekolah pendeta dan tak punya uang praktis membuat pria kelahiran 27 September 1978 itu luntang-lantung di Jakarta. Berbagai upaya pun coba dilakukannya untuk bertahan hidup. “Pertama kali aku tidur di emperan toko di Sarinah. Malam-malam bantu tukang pecel lele di Jalan Sunda. Aku bantu kerja walaupun cuma dikasih makan. Aku ingat waktu itu juga kadang telat bayar kos. Tapi, ya Puji Tuhan dapat kos-kosan punya orang Batak dan dia masih mentolerir kalau telat seminggu atau sebulan. Nangis ya nangis waktu itu,” kenangnya.

Mongol pernah pula kerja di rumah makan Padang sebelum akhirnya bekerja di sebuah perusahaan swasta. “Di rumah makan padang gaji aku waktu itu Rp 400 ribu, terus kerja di sebuah perusahaan swasta gajinya Rp 1, 2 juta,” ungkapnya blak-blakan. Setelah dua tahun lebih bekerja di sebuah perusahaan swasta, Mongol akhirnya memutuskan untuk berhenti dan ikut dalam sebuah manajemen artis. “Waktu itu aku menangani Dirly ‘Idol’ sekitar 4 tahun 8 bulan. Mengikuti dia syuting, nyanyi dan lain-lain,” katanya.

Lepas dari situ, Mongol kemudian membentuk manajemen sendiri bersama temannya. “Puji Tuhan waktu itu chanel-ku sudah banyak, jadi usaha itu jalan,” paparnya. Sejak itu pekerjaan Mongol pun mulai berkembang dan membuat pergaulannya meluas.

Singkat cerita, sifatnya yang humoris alias suka melucu mengantarkannya tampil dalam acara ‘Stand Up Comedy Show’ di Metro TV, hingga dikenal orang seperti sekarang. Ketika diingatkan kembali tentang cita-cita menjadi pendeta yang gagal, Mongol tak menyesal. Baginya, jalan hidupnya kini sebagai komedian merupakan rencana Tuhan. “Pada akhirnya ya aku menyadari,  jadi pendeta itu panggilan, bukan kemauan. Sejauh ini aku menilai ini semua adalah mukjizat Tuhan,” ujarnya mendadak serius. Puji Tuhan!


Sabtu, 30 Juni 2012

MARNI, Pembantu Yang Menjadi Motivator Sukses

Wanita ini hanyalah seorang pembantu rumah tangga, namun melalui kehidupannya, dia bisa memberkati orang-orang terpelajar.
"Nama saya Marni, saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Saat ini saya memimpin sebuah komunitas yang anggotanya orang terpelajar, antara lain D3, S1, bahkan ada yang menjabat sebagai seorang manajer."
Namun Marni yang ceria dan penuh percaya diri ini, sangat jauh berbeda dengan Marni yang dulu. Dia menyimpan sebuah kenangan pahit di masa lalunya. Kemiskinan dan cacat pada matanya, membuat masa kecil yang harusnya bahagia, hilang berganti menjadi hinaan dan cercaan.
"Saya waktu itu kelas 3 SD. Saat itu saya baru menyadari bahwa fisik saya ada yang kurang, tidak sempurna. Mata kanan saya tidak bisa melihat, hanya yang kiri saja yang bisa melihat. Waktu itu teman-teman sering mengejek saya ‘Marni, matanya bijil (buta sebelah - red)..' kata-kata itu yang membuat saya sakit hati. Membuat saya sangat sedih. Saya merasa Tuhan tidak adil."
Marni tidak dilahirkan dalam keadaan cacat, namun karena sebuah kejadian sepele, seluruh kehidupannya berubah.
"Pada saat saya main, mata saya terlempar serpihan genteng. Saya kesakitan waktu itu, dan ketika saya tutup dengan tangan, ada darah di tangan saya. Dari hari ke hari, penglihatan saya semakin berkurang. Dan dalam waktu beberapa bulan, mata kanan saya sudah tidak bisa melihat lagi. Tetapi saya tidak pernah menyadarinya, sampai teman-teman saya mulai mengejek saya di kelas 3 SD waktu itu."
Hati yang terhujam dengan kekecewaan membuat Marni kehilangan jati diri, dia bertumbuh menjadi remaja yang minder dan sangat rendah diri.
"Ketika saya bertumbuh dewasa, saya mulai merasa minder, pemalu, penakut dan menjadi pribadi yang pendiam. Susah untuk tertawa, bahkan untuk senyum. Untuk bicara di depan dua orang saja saya gemetar, karena saya merasa fisik saya tidak sempurna."
Didalam ketidak sempurnaan dan keluguannya, Marni pun ingin mengubah nasibnya di Jakarta.
"Waktu itu ada saudara saya yang menawarkan pada saya pekerjaan di Jakarta. Saya bertanya, ‘kerjaan apa?' dia jawab ‘pokoknya gampanglah nanti. Ikut aku aja.' Di dalam hati saya ada kerinduan untuk mau pergi ke Jakarta. Pada hal belum jelas pekerjaan yang di tawarkan itu apa. Waktu itu saya masih menjahit di rumah, bahkan masih ada jahitan yang harus saya selesaikan. Lalu saya memberanikan diri untuk meminta ijin kepada orangtua saya. Kalau bapak saya sih mengijinkan, karena semua itu di kembalikan ke diri saya lagi. ‘Kamu sudah besar, kamu sudah bisa memilih apa yang baik untuk diri kamu,' demikian kata bapak."
Namun apa yang terjadi ketika Marni sampai di Jakarta, bukanlah yang dia harapkan. Sampai akhirnya Marni bertemu dengan seorang ibu yang mengajaknya bekerja di sebuah rumah tangga. Inilah rumah keluarga Agus Sugianto, tempat dimana Marni mengalami titik balik kehidupannya.
"Kami melihat penampilannya memprihatinkan sekali. Prihatin disini maksudnya kusut, dan banyak hal dalam kondisi fisiknya tidak dirawat, dan tidak di urus. Selain itu juga pembawaannya sangat pemalu sekali, bahkan cenderung menutup diri. Bahkan ketika bicara dengan orang, dia tidak berani menatap mata," demikian cerita bapak Agus, majikan Marni.
"Saya melihat Marni adalah seorang pribadi yang sangat sensitif. Lalu saya memberanikan diri untuk menanyakan pada Marni, apa yang terjadi dengan matanya. Dan memang, waktu itu Marni menceritakan masa kecilnya dengan menangis," demikian tutur ibu Mala, istri bapak Agus.
"Kami menempatkan dia sebagai anak kami, dan kami sebagai orang tuanya. Jadi kami melakukan suatu pendekatan, bicara dari hati ke hati. Gimana sih sebenarnya perasaannya dia, kekecewaanya dia," demikian bapak Agus memperlakukan Marni.
"Kami membimbing dia untuk melepaskan semua kekecewaan yang ada dalam dirinya, tentang keberadaan dirinya. Atau juga penyesalan mengapa semua itu terjadi. Jadi akhirnya waktu itu kami bawa semuanya itu kepada Tuhan, sehingga dia bisa menerima semuanya ini, dan tidak menjadi sebuah penyesalan yang berkelanjutan. Tetapi mempercayai bahwa apapun keberadaan dia, ada sebuah rencana Tuhan bagi dirinya," Ibu Mala menceritakan bagaimana dirinya dan suami membimbing Marni.
"Waktu itu bapak Agus dan bu Mala mengajarkan saya untuk membaca firman, mengajak untuk berdoa, dan berdoa bersama. Dan sewaktu saya pertama kali membaca Alkitab, saya membaca ‘Oleh karena kamu berharga dimataKu, dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau.' Sewaktu firman itu saya baca, hati saya merasa tersentuh. Saya mengganti kata kamu dengan nama saya pada ayat itu. ‘Oleh karena Marni berharga di mata Tuhan, dan mulia, dan Tuhan mengasi Marni.' Saya akhirnya menerima diri saya apa adanya. Walaupun diri saya dalam kekurangan, dan diri saya cacat, tetapi saya menerima diri saya."
Apa yang menjadi kekurangan dalam diri Marni, kini menjadi sebuah kelebihan. Memimpin dan membina sebuah komunitas, kini menjadi kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Marni. Inilah cerita dari sahabat-sahabat Marni yang diberkati oleh kehidupannya:
"Mbak Marni itu sudah seperti ibu bagi saya, karena dia ikhlas menolong saya. Bahkan selalu memberikan perhatian yang lebih kepada saya," ungkap Samuel.
Lain lagi dengan cerita Grace, "Dia selalu memberikan nasihat-nasihat yang positif buat saya. Selalu menguatkan saya pada saat saya mengalami masalah yang berat. Dan juga memberikan dukungan doa pada waktu saya meminta seorang anak pada Tuhan, hingga saya boleh mempunyai seorang anak saat ini."
"Saya tidak melihat latar belakang pendidikan Mbak Marni, tetapi beliau bisa menjadi teladan buat hidup saya. Karena tidak semua orang yang berpendidikan tinggi itu dapat memberikan teladan," demikian cerita Hendra Gunawan S, S.H.
"Walaupun saya seorang manajer, tapi saya tidak melihat Mbak Marni sebagai pembantu rumah tangga. Yang saya lihat dari dirinya adalah kerendahan hatinya, dia orang yang bisa memimpin. Dan dia memberikan dampak buat orang lain, serta saya melihat hasilnya." David Mandoringin, sahabat Marni.
Inilah rahasia perubahan hidup Marni. Rasul Paulus pun pernah mengingatkan kepada Timotius agar dia menjadi teladan dalam kehidupannya. Dengan melakukan firman TUHAN dalam hidup kita, maka hidup kita akan menjadi teladan bagi orang lain. Tanpa kita sadari, sesuatu yang besar sudah TUHAN sediakan bagi orang-orang yang mengasihi TUHAN dengan perbuatannya. So, lakukan firman TUHAN, jadi teladan, dan lihatlah perubahan yang TUHAN akan kerjakan dalam kehidupanmu!
TUHAN Yesus memberkati.


Merubah Masa Lalu Kelam Jadi Berkat Untuk Orang Lain

Masa lalu yang kelam sering menjadi momok untuk menapaki kehidupan dan meraih masa depan seseorang. Keluarga yang broken home, pelecehan seksual pada masa kecil, ditinggal kekasih dan kenangan buruk lainnya itu bisa meninggalkan luka dan trauma yang membuat kita sulit untuk memaksimalkan potensi diri kita apalagi menjadi berkat untuk orang lain. Berikut beberapa hal yang mungkin bisa Anda lakukan untuk bisa berdamai dengan masa lalu dan mengubahnya menjadi berkat untuk orang lain :
Kekuatan Pengampunan
Kebanyakan kasus yang membuat seseorang tidak bisa berdamai dengan masa lalu adalah karena mereka tidak bisa mengampuni. Mengampuni di sini bisa mengampuni diri sendiri maupun mengampuni orang lain. Akuilah dosa-dosa Anda di hadapan Tuhan serta bertobat, dengan demikian Anda bisa mengampuni diri sendiri dan orang lain. Kekuatan pengampunan akan membuat Anda terbebas dari segala belenggu kebencian, dan intimidasi yang kerap Anda rasakan.
Fokuslah pada Tuhan
Satu hal yang harus Anda ketahui: Tuhan sangat ingin Anda terbebas dari tekanan masa lalu Anda. Jika Anda fokus pada diri sendiri untuk keluar dari penjara masa lalu ini, Anda mungkin akan merasa lelah dan putus asa. Namun jika Anda berfokus pada Tuhan, maka Dia akan memberikan Anda kekuatan yang akan memampukan Anda. Seperti yang disampaikan oleh Paulus, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Jadikan Berkat
Pengalaman adalah guru terbaik, hal ini tidak tertutup pada pengalaman baik saja melainkan juga pengalaman yang kurang baik. Banyak orang yang dibelenggu oleh masa lalu karena memproyeksikan masa depan berdasarkan masa lalu sehingga membuat keputusan yang salah pada masa kini. Hal inilah yang harus Anda ubah. Anda harus belajar melihat rentetan peristiwa pada masa lalu Anda dengan sudut pandang yang berbeda, sehingga Anda dapat menggunakan masa lalu itu sebagai hal yang positif dan menjadi berkat bagi orang lain.
Ambil Komitmen
Berdamai dengan masa lalu memang sebuah proses. Dan tidak dipungkiri dalam perjalanan tersebut akan ada intimidasi baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain. Karena itu kita membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat untuk memperjuangkan pemulihan dalam diri kita tersebut. Jika gagal, coba lagi! Karena seperti kata Paulus, segala sesuatu dapat kutanggung di dalam Dia yang memberiku kekuatan.
Ingatlah, 2000 tahun lalu Kristus telah menebus semua dosa Anda, dia ingin Anda merdeka dari segala belenggu dosa Anda. Jadi sekarang mari nikmati kemerdekaan itu dengan berdamai terhadap masa lalu Anda dan menjadikan hidup Anda berkat bagi orang lain.


Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger