Rabu, 01 Februari 2012

Tuhan adalah Gembalaku



TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang.  Mazmur 23:1-2

Saudaraku, saya rindu menyaksikan bagaimana karya Tuhan dalam kehidupan saya, terlebih lagi bagaimana Dia membuat saya mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Sungguh, ketika saya melihat lagi perjalanan pendidikan saya, saya hanya bisa berkata ini semua hanya karena anugerah Tuhan, bukan karena usaha manusia, just by His grace. Ketika saya masih SD, saat itu hidup keluarga kami lebih dari cukup, segala biaya sekolah masih ditanggung oleh bapak saya. Segala keperluan sekolah selalu tercukupi, karena penghasilan bapak saya waktu itu cukup besar. Namun sayang, di dalam keadaan kami yang lebih dari cukup itu, keluarga kami tidak cukup dekat dengan Tuhan. Ketika memasuki jenjang SMP, saya mendapatkan beasiswa dari gereja, dan puji Tuhan beasiswa tersebut membayar penuh SPP saya. Saat itu pula saya mulai memasuki dunia pelayanan. Di gereja saya dulu, setiap hari sabtu para muda mudi bertugas untuk membersihkan gereja agar gereja siap dipakai keesokan harinya. Saya memulai pelayanan dengan membersihkan gereja, menyapu dan mengepel. Selain itu saya juga kerap kali bertugas sebagai petugas OHP, ini adalah awal pelayanan saya di masa SMP.
Ketika saya di bangku SMP pula, saya diberi hadiah sebuah gitar tua oleh ayah saya, gitar yang dibeli dari pasar loak. Saya pun mulai belajar gitar, kebetulan saya mempunyai buku pujian yang ada kunci – kunci gitarnya, sekaligus ada gambar chord gitar sehingga saya bisa belajar. Dimulai dari situ, saya mulai belajar main bass dan melayani musik di gereja. Dari gitar tua, timbul keinginan untuk melayani Tuhan dalam bidang musik. Setelah beberapa lama tergabung dalam tim musik, saya pun tertarik dengan keyboard, ketika latihan dan bermain musik saat ibadah, saya selalu memperhatikan bagaimana cara teman saya memainkan keyboard. Akhirnya, saya pun berinisiatif selalu datang lebih awal saat latihan musik, dan saya mulai belajar keyboard. Suatu kali, teman saya yang bermain keyboard melihat saya bermain dan ia menawari saya untuk bermain keyboard di ibadah raya. Gembala saya setuju, karena memang harus ada regenerasi untuk pemain keyboard saat itu. Saya pun mulai melayani dengan bermain keyboard, tetapi permainan saya masih kaku dan banyak salahnya. Namun teman saya itu terus menyemangati saya ketika saya minder dan tidak mau bermain saat ibadah raya, dia terus memaksa agar saya yang bermain. Saya pun menjalaninya, diimbangi dengan mendengarkan musik-musik rohani, saya mulai belajar bagaimana memainkan musik saat memuji dan menyembah Tuhan. Saya pun belajar, untuk melayani Tuhan, kita tidak perlu menjadi expert atau ahli dulu, karena justru anugerahNya lah yang akan memampukan kita. Saya bersyukur melayani Tuhan yang tidak banyak menuntut saya harus sempurna dan ahli dalam saya melayani Dia, cukup kemauan dan ketulusan hati, kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan.
Ketika memasuki bangku SMA, permainan musik saya semakin membaik. Tetapi perjalanan saya dalam mengikut Tuhan tersandung oleh pergaulan. Di bangku SMA ini beasiswa yang diberikan oleh gereja jumlahnya turun menjadi setengah dari SPP saya, karena donaturnya berkurang. Saat itu penghasilan bapak saya tidak lagi sama seperti dulu, sehingga tidak jarang saya telat membayar SPP. Pelayanan saya di masa SMA ini cukup ‘mengerikan’, karena saya menganggap pelayanan hanya sekedar rutinitas. Asal saya datang, bermain musik, tidak perlu mendengarkan khotbah (waktu itu saat khotbah, saya selalu duduk di luar gereja), latihan, cukup sudah. Perubahan ini dikarenakan pergaulan saya. Saya melayani bukan lagi karena ingin menyenangkan Tuhan, tetapi karena hanya sebuah rutinitas.
Ketika saya berada di bangku kelas 3 SMA, saya tersadar akan satu hal, habis lulus saya mau apa? Kerja atau kuliah? Ketika saya melihat keadaan ekonomi keluarga, saya merasa mustahil untuk kuliah. Tetapi ketika ada formulir pendaftaran ke UKSW melalui jalur khusus (dibuka beberapa bulan sebelumnya), saya pun mendaftar dengan iman, saya memilih jurusan elektro dan jurusan teknologi informasi sebagai pilihan kedua. Semenjak saya mendaftar ke UKSW, setiap pagi saya selalu berdoa ke gereja, saat itu jam 4 pagi selalu ada bidston pagi di gereja. Saya berdoa meminta kepada Tuhan agar saya dapat kuliah. Saat itu saya menyadari keadaan saya yang jauh dari Tuhan, sehingga saya pun berdoa setiap pagi, meminta anugerahNya dicurahkan.
Dan tak disangka, ada orang tua teman saya yang bilang mau membayari biaya masuk kuliah saya. Teman saya itu adalah murid pindahan saat saya kelas 2, dia pindah dari Ambon. Saya sungguh bersyukur, bagaimana Tuhan merancangkan segala sesuatunya itu sempurna. Akhirnya saya pun masuk kuliah dan saya mengambil jurusan elektro. Di awal kuliah, saya kembali jatuh ke pergaulan buruk, kali ini lebih parah dari yang dulu. Pelayanan pun saya lakukan dalam kemunafikan, namun topeng kemunafikan itu tidak bertahan lama. Setelah satu tahun saya kuliah, saya tidak bisa bayar kuliah, dan akhirnya saya harus berhenti kuliah 2 semester. Di saat saya berhenti kuliah itulah, saya cukup stres dan bingung harus melakukan apa. Lalu, saya terkena sakit kepala sebelah, saya merasakan sakit yang luar biasa. Kemudian kakak saya malah menggoda saya bahwa saya terkena kanker atau tumor otak. Karena stres dan mental saya sedang tidak baik, saya merasa takut luar biasa dengan godaan kakak saya. Kemudian saya berdoa di kamar menangis kepada Tuhan. Saat saya berdoa, saya seperti diperlihatkan bagaimana proses kehidupan saya, bagaimana pelayanan saya, dan saya hanya bisa menangis meminta pengampunan Tuhan. Dan saya pun berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku ingin memperluas pelayananku, tolong beri aku pelayanan lagi.” Saya berpikir, dengan menambah porsi saya untuk Tuhan, maka hidup saya akan berubah. Dan benar, doa itulah awal dari perubahan hidup saya.
Tak lama kemudian, saya mendapat tawaran dari Theo (editor Realfresh), untuk bermain keyboard dalam ibadah natal di GSII EL-Adonnai tahun 2008. Dan sesudah melayani di ibadah natal itu, saya juga diminta untuk melayani ibadah raya setiap minggu. Saya pun menyanggupi, melayani musik di 2 gereja, Tuhan menjawab doaku! Di persekutuan ini, saya kembali ke pangkuan Tuhan, setiap suara teguranNya mengubah hidup saya. Ketika hubungan saya dengan Tuhan mulai pulih, Tuhan kembali membuka jalan bagi saya untuk meneruskan kuliah saya, Ibu Tien (orang yang mengurusi beasiswa di UKSW, bagian kemahasiswaan) menelepon saya dan menanyakan kuliah saya! Ternyata beliau mencari orang yang mau dikasih beasiswa. Biasanya orang mencari beasiswa, tapi kali ini beasiswa yang mencari orang, kalau bukan Tuhan, lalu ini apa? Ibu Tien inilah yang menjadi alat Tuhan sehingga saya bisa menerima beasiswa prestasi. Ketika masa dari beasiswa prestasi ini hampir habis, Ibu Tien kembali menghubungi saya dan menawari beasiswa dari provider seluler Three. Beasiswa Three ini mencari 10 orang anak jurusan elektro dan full dibiayai kuliahnya selama 1 tahun! Saya mendapat beasiswa Three ini selama 2 periode, jadi 2 tahun saya kuliah gratis. Saya pun menyadari, bahwa keberadaan saya saat ini adalah anugerah Tuhan. Berkat Tuhan bukanlah fokus kita, tetapi hubungan kita dengan Tuhan, bagaimana kita dapat menyenangkan hati-Nya, itulah yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita.
Tidak berhenti sampai di situ, saat tahun baru kemarin, setelah retreat saya merasa lega karena tugas saya sebagai sie acara dalam panitia sudah berakhir. Panitia tahun 2011 benar-benar dahsyat bagi saya, karena harus mengurusi 3 acara sekaligus dan berurutan, natal sekolah minggu, natal umum, serta retreat akhir tahun. Alhasil bulan Desember pikiran saya fokus ke pelayanan dan saya hampir tidak terpikirkan kuliah saya. Ada satu spanduk besar di kampus yang bertuliskan registrasi semester
baru paling lambat 3 Desember 2011. Untuk registrasi, saya harus bayar pelunasan semester satu, dan saya tidak punya uang. Uang tabungan saya malah dibawa lari teman saya. Saat saya meminta bantuan kakak saya untuk meminjam uang, semua jalan benar – benar ditutup oleh Tuhan. Akhirnya pada suatu hari Kamis, jadwal ibadah di Tingkir, tetapi saya tidak ikut ibadah, saya ke rumah Ibu Gembala, kebetulan saat itu tidak ada orang, saya hanya menangis di hadapan Tuhan, menyerahkan segala beban saya. Kuliah saya ini hanya tinggal skripsi, kalau saya tidak registrasi semester ini, bisa dipastikan saya lulus tahun depan. Beban ini memenuhi pikiran saya, dan saya hanya berserah kepadaNya. Sesudah itu saya merasakan kelegaan yang luar biasa dan saya bisa fokus melayani di kepanitiaan 2011 ini. Setelah rangkaian acara 2011 selesai, ketakutan itu kembali mengintimidasi saya. Tanggal 2 Januari 2012 saya jatuh sakit, sepulang dari retreat itu badan terasa lemas sekali sehingga saya tidak bisa kemana – mana. Saat saya sakit, intimidasi pembayaran kuliah kembali memenuhi pikiran saya. Hari itu saya hanya beristirahat saja, berharap keesokan harinya badan saya kembali sehat sehingga bisa mencari jalan keluar untuk membayar kuliah, karena hari Kamis 5 Januari 2012 adalah registrasi mata kuliah, kalau saya tidak bisa membayar maka saya tidak bias mulai skripsi. Keesokan harinya saya merasa lebih sehat, saya kembali mencoba menghubungi kakak saya, tetapi dia berkata jumlahnya terlalu besar, saya butuh 2,25 juta untuk melunasi semua tagihan kuliah saya. Pagi itu adik saya mendapat kabar dari temannya kalau ada pendaftaran brigadir polisi secara online, dan ia meminta saya mencari informasi di internet. Selama saya sakit, saya tidak membuka laptop saya. Tetapi pagi itu, Tuhan pakai adik saya agar saya online. Setelah mencari info untuk adik saya, saya online facebook. Biasalah, lihat – lihat status teman – teman. Kemudian, ada adik angkatan saya, dia angkatan 2009 menanyakan nilai kuliah, kami sama – sama mengambil mata kuliah Jaringan Komputer dan kebetulan kami satu kelompok tugas akhir dalam mata kuliah tersebut. Cukup lama saya mengenal dia, satu tahun lebih, semenjak saya bergabung dengan tim roket dengan dia. Setelah bertanya nilai, dia bertanya tentang mata kuliah yang akan saya ambil semester depan. Saya jawab kalau bisa kuliah saya akan ambil skripsi dan satu matakuliah pemrograman lagi. Singkat cerita dia bertanya masalah saya, dan akhirnya dia mau membantu masalah administrasi saya. Ketika saya bilang saya pinjam saja, ia menjawab, “Tidak usah, anggap aja sebagai hadiah tahun baru. Ini adalah jawaban doamu.” 1 jam kemudian kami bertemu di kampus, dan ia memberikan saya amplop berisi uang 2,3 juta! Tak henti-hentinya saya berterima kasih kepadanya dan saya mengucap syukur kepada Tuhan. Tuhan memberikan kepada saya lebih dari yang saya butuhkan. Pembayaran kuliah kali ini merupakan yang paling mengesankan, karena Ia memakai orang yang lebih muda untuk memberkati saya. Sungguh, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN!
            Dalam Mazmur 23, Daud menyaksikan bagaimana kehidupannya ketika TUHAN menjadi gembala dalam hidupnya. Paling tidak ada 3 hal yang Daud dapatkan : TAKKAN KEKURANGAN, dibawa ke padang rumput hijau (BERKAT JASMANI), dan dibawa ke air yang tenang (KETENANGAN dalam segala situasi karena berpegang teguh pada firmanNya). Begitu pun dalam kehidupan kita, jadikan TUHAN sebagai Gembala hidup kita, jangan kita menggembalakan hidup kita sendiri, jadilah domba yang baik di hadapanNya. Jangan pernah merasa takut, sebab Allah beserta kita, bersama Tuhan, kita sanggup menanggung segala perkara. Mari kita jalani tahun 2012 ini bersama dengan TUHAN, Immanuel!

 Kesaksian dari saudara Daniel Nova - Mahasiswa Fakultas Elektro UKSW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini

Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger