Saat kematian suaminya, Devi Mulani
tidak mau makan ataupun mandi. Yang dia pikirkan hanyalah dia mau mati saja.
“Kenapa Tuhan ambil semuanya?” tanyanya di dalam hati. Bukan hanya suaminya,
dia pun kehilangan anak laki-lakinya. Yang dia lakukan hanyalah tidur-tiduran
saja di kamar. Ujung-ujungnya, Devi diajak ke psikiater.
Saat diajak ke psikiater, Devi tidak
mau ngomong apa-apa. Masalah itu hanya dipendamnya sendiri di dalam hati. Hal
ini tentunya tidak membantu dokter dalam mengobatinya. “Di dada saya, kayak ada
10 kg, 20 kg barang.” perumpamaan Devi mengenai bagaimana sesak dadanya. Dia
akhirnya diberi obat penenang oleh dokter. Dampak baik yang dirasakan olehnya
saat meminum obat itu memang terasa. Tidurnya lebih tenang, beban pikiran yang
berpuluh kilo itupun rasanya hilang. Namun, ketergantungan pada obat itu
membuatnya sakit perut yang luar biasa jika tidak diminum. Devi merasa harus
meminum obat tersebut, kalau tidak dia akan merasa ketagihan.
Pernah dia mencoba untuk tidak
menyentuh obat itu lagi, karena dampak buruk yang dirasakannya, namun dia tidak
tenang. Dia mondar-mandir tak tentu arah, melakukan hal-hal yang tidak menentu
dan tidak merasa tenang. Merasa tidak tahan, Devi memukul ke sembarang arah,
memarahi pembantunya, membanting gelas dan barang-barang di sekitarnya. Hal ini
tentu membuat kuatir anak-anaknya.
Pinky, salah
satu anak Devi, menceritakan bagaimana Devi marah-marah kepada mereka untuk
alasan yang tak menentu. “Bisa ga mam, ga nyusahin anak-anak mami sekali aja?”
begitu kata-kata yang terlontar dari mulut Pinky ketika dia pulang kerja capek
dan mamanya marah-marah sehingga emosinya terpancing.
Sebenarnya apa yang terjadi pada
kehidupan Devi? Kenapa dia bisa sampai kehilangan orang-orang yang
disayanginya? Devi sudah kehilangan suaminya sebelum akhirnya dia pun harus
kehilangan anak laki-lakinya. Devi mempunyai tiga orang anak, anak pertama dan
kedua merupakan perempuan, anak ketiganya adalah anak laki-laki. Anak itu hanya
bisa duduk di kursi roda selama hidupnya. Menurut dokter, anak ini menderita
stroke viamassal. Gejala dari penyakit ini adalah otot-otot melemah dan tubuh
makin membesar.
Devi pernah mengeluh kepada anak
laki-lakinya ini, “Jacky, kamu kok hanya nyusahin…” katanya waktu itu,
kata-kata yang membuatnya menyesal di kemudian hari. Saat ulang tahun anaknya
yang kedua, Parveen, tubuh Jacky melemah. Hal ini membuat mereka buru-buru
pulang ke rumah. Di rumah, keadaannya bertambah parah. Saat mau buang air
kecil, tiba-tiba Jacky tak sadarkan diri. Itulah yang akhirnya membuat Jacky
‘tidur’ selamanya. Hanya ada rasa penyesalan di dalam diri Devi. “Anak sudah
meninggal, suami diambil. Apa-apaan ini,” kata Devi ketika itu.
Suatu hari, Devi diajak ke India
oleh temannya. Hal ini dipandang baik oleh anaknya, Pinky. Menurutnya, hal ini
dapat mengubah situasi yang ada, apalagi Devi memang senang jalan-jalan.
Pergilah Devi ke India, ke rumah saudaranya. Di sana, keponakannya mengajaknya
ke sebuah pertemuan yang ternyata persekutuan untuk saling sharing dan berdoa.
Saat datang ke sana, perasaan Devi
pun mulai tenang. Namun, dia susah mengampuni. Baginya, kematian kedua orang
yang disayanginya ini adalah kesalahan Tuhan. Malam itu, Devi pun mulai ngomong
sama Tuhan. “Tuhan, kalau you baek, you akan sembuhin saya sekarang. Saya tidak
mau minum obat ini lagi. Saya mau kerja buat Tuhan. Saya buang obat ini
sekarang juga. Pasti Tuhan dengar doa saya.” doanya saat itu.
Seminggu berada di sana, Devi mulai
merasakan bahwa pusingnya telah berkurang. Dia mulai merasakan betapa banyak
teman-teman yang baik kepadanya dan bagaimana mereka semua bersukacita.
Perasaannya pun jadi enteng. Perlahan-lahan, Devi dapat bangkit dari
keterpurukannya. Dia pun kembali lagi ke Indonesia. Ketika ditanya anaknya
tentang obat yang biasanya dia minum apakah sudah habis, Devi menjawab, “Hati
yang gembira adalah obat yang mujarab.”
Devi kembali pulih. Jikalau dia dulu
menyesal atas apa yang terjadi pada masa lalunya, kini yang dia mau adalah
menatap ke depan, ke masa yang akan datang. “Saya mau hidup yang baru” katanya.
Obat dokter tidak menyelesaikan masalah batin yang dihadapi Devi, tapi Tuhan
Yesuslah yang berkarya di dalam hidupnya. Itulah resep yang dia bagikan kepada
semua orang sekarang, jika dia ditanya apa rahasianya dia dapat selalu
tersenyum. Kiranya resep inipun Anda gunakan. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini