Senin, 15 Agustus 2011

A.C.I (Aku Cinta Indonesia)


¯Tanah airku tidak kulupakan…

¯Kan ku kenang selama hidupku…

¯Walaupun aku pergi jauh…

¯Tidak kan hilang dari kalbu…

¯Tanahku yang kucintai..

¯Engkau ku hargai…

Pasti kita hafal lagu ini, tapi apakah kita juga memaknai makna syair lagu tersebut? Sepertinya kalimat “Aku Cinta Indonesia” hanya terucap dari bibir tapi tidak dihati orang-orang yang tinggal di negeri ini. Jika kita mengaku cinta Indonesia, seharusnya kita lebih peduli pada bangsa ini. Bagaimana caranya?

© Tidak membuang sampah sembarangan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan.

© Go Green and Recycle (Penghijauan dan Daur Ulang).

© Cinta dan memakai produk dalam negeri.

© Tidak ikut tawuran (bagi supporter bola, pelajar, maupun masyarakat) atau malah provokator (parah banget).

© Berdoa untuk negeri, untuk pemerintah dan untuk masyarakat Indonesia agar mereka takut akan Tuhan.

Seperti bendera negara kita, merah berarti berani untuk berdiri berdiri bagi bangsa ini, berjuang mempertahakan kemerdekaan. Dan putih berarti suci, yang dengan ketulusan menjaga persatuan dan kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) agar tetap rukun dan damai karena semua penduduk Indonesia adalah saudara kita. Warna

merah yang melambangkan tubuh manusia yang berani, dan putih yang berarti suci yang melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan, seperti itulah bentuk kebersamaan masyarakat Indonesia, negara yang sangat luas, yang sangat indah dan kaya akan budaya. Mulailah dengan mencintai budaya Indonesia, hidup rukun dengan semua etnis dan suku di Indonesia adalah wujud kecintaan kita akan Negeri ini. Jika bukan kita yang mencintai negeri ini, siapa lagi yang mau mencintai Indonesia?

Yeremia 29:7 Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.


Author : Yani Setiarsih - Sekretaris SM SuperKids

Jumat, 12 Agustus 2011

Sense Of Crisis

(1 korintus 7:29-30)

Saudara, di rubrik artikel ini saya mengajak Saudara semua untuk membayangkan andai Anda adalah seorang pegusaha, usaha Anda sangat maju dan berhasil mendapatkan banyak keuntungan dari usaha itu. Nah Saudara, suatu hari Anda datang kepada seorang konsultan bisnis yang sangat terkenal dan sangat mahir dalam melakukan analisa bisnis. Anda memberikan semua data yang diperlukan dan tanpa Anda bayangkan sebelumnya, sang analisis mengatakan bahwa usaha Anda hanya akan bertahan selama 1 tahun terakhir dan setelah itu usaha Anda akan ditinggalkan konsumen karena barang yang kita tawarkan bersifat seasonal atau musiman. Nah Saudara, apa yang akan Anda lakukan bila hal ini terjadi??? Apakah Anda akan pasrah saja dan menunggu usaha Anda bangkut tanpa melakukan apapun? Atau Anda sudah mulai mengemasi barang Anda dan memilih tidak melakukan penjualan karena Anda tahu bahwa sebentar lagi usaha Anda akan bangkrut?? Seorang pengusaha yang baik, dia akan memanfaatkan waktu 1 tahun sisa ini dengan melakukan penjualan sebanyak – banyaknya, selama masih ada waktu untuk melakukannya.

Saudara yang terkasih dalam Tuhan, sense of crisis terkadang kita perlukan dalam kehidupan kita. Sense of crisis berarti pandangan tentang “krisis” yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita harus tahu bagaimana kita menanggapi krisis yang sedang terjadi atau akan terjadi dalam kehidupan kita. dalam kehidupan rohani kita, krisis apa yang harus kita ciptakan dan sadari?? Pertama, kita harus sadar bahwa waktu yang ada sudah tidak akan lama lagi. Sudah banyak kita mendengar nubuatan dan pesan Tuhan yang mengarah kepada hal itu. Kedua, keadaan dunia ke depan tidak akan lebih baik. Ketiga, Seberapa layak aku bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga? Keempat, sudahkan aku mengerjakan keselamatanku? Saudara, 4 hal itu hanyalah sebagian kecil dari krisis yang harus

selalu kita ciptakan dalam kehidupan rohani kita, supaya kita menggunakan waktu yang ada dengan sebaik baiknya.

Saudara, bila kita sudah sadari bahwa ada krisis yang terjadi, apa saja yang bisa kita lakukan dalam menggunakan waktu yang ada dengan sebaik – baiknya?? Ayat kita di atas mengajarkan banyak hal kepada kita, bagaimana kita menanggapi waktu yang sudah singkat ini dan menanggapi “krisis” dalam hidup rohani kita.

1. Orang beristri berlaku seolah olah tidak beristri.

Saudara yang terkasih, jangan kita menelan Firman Tuhan tanpa kita tahu makna yang sesungguhnya dari Firman Tuhan tersebut. Yang dimaksudkan di poin pertama ini bukan berarti semua suami harus menceraikan istrinya. Itu salah! Yang perlu dilakukan adalah “jangan berfokus kepada perkara duniawi”. Hal ini ditegaskan di ayat yang ke 33-34. Di waktu yang singkat ini jangan lagi berfokus kepada semua perkara dunia saja. Di krisis yang terjadi ini belajarlah untuk mulai memikirkan perkara sorgawi, perkara rohani yang mungkin selama ini kita abaikan. Mencari kerajaan Allah dan semua kebenarannya (Matius 6:33). Itulah yang harus kita lakukan sekarang ini. karena dunia dengan segala keindahan dan kesenangannya akan binasa. Berapa persen perkara rohani dalam hidup kita dibandingkan dengan perkara duniawi dalam hidup kita?? Hanya Anda dan Tuhan yang tahu jawabannya.

2. Orang menangis seolah olah tidak menangis.

Apakah bisa seorang yang sedang menangis merasa bahwa dirinya tidak menangis?? Tuhan inginkan dari poin ke-2 ini adalah bahwa dalam menjalani sisa waktu dan menjalani krisis dalam hidup kita, “Kita tidak larut dan tenggelam dalam segala macam kesedihan kita”. Dalam hidup kita, tidak bisa dipungkiri bahwa sangat banyak bahkan mungkin terlalu banyak masalah dan problem yang bisa membuat kita sedih dan terluka dan patah semangat, namun SEKARANG BUKAN WAKTUNYA LAGI KITA LARUT DALAM KESEDIHAN. Jangan fokus kepada kesedihan kita sekarang ini, karena dengan meratap kita tidak akan mendapatkan apapun, namun bila kita bangkit dan memperbaiki semua yang kurang baik, justru hal itulah yang terbaik.

3. Orang yang bergembira seolah – olah tidak bergembira.

Berkebalikan dari poin yang ke-2, poin ke-3 ini juga terasa aneh bila kita menelan Firman tanpa menghayati maksudnya. Saudara, poin ke-3 ini mengajak kita untuk tidak larut dalam segalam macam kesenangan kita. Segala macam hal yang selama ini membuat kita nyaman. Apakan benar kenyamanan itu sesuai dengan kehendak Tuhan?? Bila hal itu tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau, maka berubahlah selama masih ada waktu yang tersisa. Selama ini mungkin hidup kita sudah terasa bahagia dengan apa yang ada pada kita, namun bukan berarti kita merasa cukup. ”Jangan berpuas diri!” . Lihatlah masih begitu banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang lain dan untuk memuliakan nama Tuhan.

4. Orang yang membeli seolah olah tidak mempunyai apa yang mereka beli.

Poin ke-4 ini mengajak kita untuk peduli kepada orang lain sebagai penerapan dari hukum kasih yang ke-2 yaitu mengasihi sesama kita. Tuhan menghendaki ketika kita membeli/mendapatkan sesuatu, kita tidak menganggapnya sebagai milik kita. Lantas milik siapa?? Bukankah bila kita membeli sesuatu, maka itu artinya kita yang memiliki barang tersebut?? Tuhan ajarkan kepada kita, apa yang kita dapatkan dan kita beli, anggap itu sebagai “milik bersama”. Namun bukan berarti ketika kita membeli sesuatu, maka kita langsung memberikannya kepada orang lain. Tuhan hanya ingin melihat seberapa peduli kita kepada orang lain dan menjadi orang yang “tidak egois”.

Saudara, 4 hal di atas mengajak kita secara nyata untuk melakukan hukum kasih. Bukan hanya berfokus kepada diri sendiri dan semua kesenangan diri sendiri. Semua yang dunia berikan dan tawarkan akan binasa, tapi apa yang berasal dari Tuhan adalah kekal. Sebab itu Saudara, waktunya sudah singkat!! Krisis itu sedang datang!! Lakukan yang terbaik dalam diri kita selama masih ada kesempatan. Jangan sampai kita ada dalam keadaan yang tidak siap bila Yesus kembali di waktu yang kita tidak tahu.


Author : Theodorus Miraji Penyiar Radio - Suara Agape FM



Rabu, 10 Agustus 2011

Kehidupan Seorang Worship Leader


Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti sebuah kegiatan rohani semacam retreat. Dan di sana saya belajar banyak hal baru yang membuka mata saya bagaimana untuk menjadi seorang pelayan Tuhan yang berkenan di hadapanNya. Nah, kali ini saya akan membagikan tips bagi Saudara yang sedang belajar untuk menjadi seorang Worship Leader. Berikut ini adalah cara hidup seorang Worship Leader yang disukai oleh Tuhan :

1. Hidup Kudus. Tugas Worship Leader adalah mengajak jemaat untuk masuk ke dalam hadirat Tuhan, jadi tidak sembarangan orang dapat menjadi Worship Leader. Mungkin Saudara bisa tampil di depan, memimpin jemaat menyanyikan lagu, namun tanpa kekudusan Saudara hanya akan menjadi seorang pemimpin lagu, bukan Worship Leader. Maka dari itu Worship Leader harus hidup kudus agar ia menerima urapan Allah saat ia melayani.

2. Penyembah. Bagaimana seorang Worship Leader dapat mengajak jemaat menyembah Tuhan, jika dalam kehidupan sehari-harinya saja dia tidak pernah menyembah Tuhan? Banyak orang tampak khusuk sekali menyembah saat ia bertugas sebagai Worship Leader, namun jika dalam hidupnya tidak ada kehidupan yang selalu menyembah Tuhan setiap saat, maka pujian dan penyembahan yang ia pimpin tidak akan mempunyai kuasa atau menjamah hati orang. Ingatlah bahwa pujian dan penyembahan mempunyai kuasa yang besar, dan jika Worship Leader nya benar – benar seorang penyembah sejati, maka akan terasa kuasa pujian dan penyembahan menjamah setiap jemaat yang hadir.

3. 100% Rohani. Seperti yang kita semua tahu, Tuhan tidak suka kepada orang yang suam-suam kuku, seharusnya tidak ada sedikitpun hal dunia yang ada dalam diri Worship Leader. Dalam hal musik, buku, dan semua aspek hidupnya haruslah 100% rohani. Menjadi seorang yang rohani bukanlah menjadi freak atau orang aneh, Saudara bisa tetap gaul dan funky tapi harus tetap menjaga kerohanian Saudara.

4. Taat dan Setia. Seorang Worship Leader haruslah taat kepada Tuhan, setiap pujian yang dinyanyikan haruslah mengikuti kata hati Tuhan, tidak hanya memilih pujian yang kita suka saja. Disini Saudara akan belajar untuk lebih peka dalam mendengar suara Roh Kudus, dimana Ia akan menuntun kita memilih pujian yang akan menyukakan hati Tuhan saat kita melayani nanti. Dan juga selalu perhatikan jadwal yang sudah dibuat, setiap kali nama Saudara tercantum di jadwal pelayanan katakan dengan lantang, “Yes! Saya!”. Seperti nabi Yesaya ketika Tuhan hendak mengutus dia, ia berkata, “Ini aku, utuslah aku.”

5. Tekun. Salah satu kunci suksesnya adalah ketekunan. Mungkin saat pertama dipercaya menjadi Worship Leader, kita tidak dapat melakukan dengan sempurna, banyak kelemahan, bahkan banyak kesalahan. Namun tekun adalah kunci untuk sukses. Belajarlah dari setiap kekurangan yang kita buat sewaktu menjadi Worship Leader, dan juga pelajari kelebihan orang lain saat menjadi Worship Leader. Mau terus belajar untuk melayani sangatlah penting. Tetap minta urapan Tuhan, dan pasti suatu saat Saudara akan menjadi Worship Leader yang diurapi Tuhan.

Bagaimana? Tidak mudah bukan kehidupan seorang Worship Leader? Namun ini bukanlah perkara sulit atau gampang, tetapi mau atau tidak kita belajar hidup berkenan di hadapan Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan akan pakai hidup kita sebagai alatNya, oleh karena itu mari kita hidup bagi Dia, untuk Dia, dan oleh Dia. Tuhan yang akan memampukan setiap kita. Praise the Lord!. (Author Danang GSM Super Kids EL - Adonnai)

Imamat 11:45, “Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.”



Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger