“From Zero to Hero” mungkin ini adalah satu – satunya judul yang kurang lebih tepat untuk menyaksikan cinta kasih Tuhan dalam kehidupan saya. Kesaksian ini adalah kesaksian yang mengubah kehidupan saya sampai saat ini. Yang membuat saya semakin percaya bahwa Tuhan membuat segala sesuatunya menjadi mungkin.
Kesaksian saya dimulai dengan pengalaman buruk saya semasa SD. Pada waktu kelas 1 SD saya adalah anak yang sangat rajin. Tapi bukanlah rajin dalam artian yang baik dan benar melainkan rajin membolos, rajin tidur – tiduran, rajin tidak membuat PR, dan segala bentuk kerajinan dalam konotasi negative lainnya. Dan buah dari kerajinan itu adalah saya mendapat rapor dengan warna yang sangat menyala yaitu merah dan satu kata yang sangat luar biasa yaitu, “Anda dinyatakan tidak naik ke kelas 2.”
Saat menerima rapor kelas 1 saya merasa sangat terkejut dan hanya bisa menyesali buah dari kemalasan saya. Namun saya merasa tidak terima atas rapor yang saya terima karena saya melihat ada teman saya yang sesungguhnya jauh lebih kurang pintar dari saya naik tapi kelas. Selama masa liburan setelah kenaikan kelas 1 saya mulai berubah dengan jalan banyak belajar, dengan harapan guru akan berubah pikiran menaikkan saya ke kelas 2. Namun semuanya terjadi tidak sesuai yang diharapkan. Saya tetap memberontak dan memilih masuk ke ruang kelas 2 bukan ke ruang kelas 1 dimana saya seharusnya berada. Di kelas 2 saya berusaha menunjukkan kemampuan membaca saya dengan lancar, dan menjawab pertanyaan guru. Namun guru saya tidak sadar bahwa saya bukan muridnya. Sampai suatu ketika nilai saya akan dimasukkan dan nama saya tidak ada dalam daftar nilai. Akhirnya guru mengetahui bahwa saya murid kelas 1. Saat itu saya dipanggil kepala sekolah dan diminta membuat pilihan yaitu apakah bertahan di sekolah tersebut tapi duduk di bangku kelas 1, atau naik dengan syarat meninggalkan sekolah. Dan saya putuskan untuk meninggalkan sekolah, karena saya merasa mampu dan layak duduk di kelas 2. Disini saya belajar bahwa kita menuai segala yang kita tabur, dan benih yang telah kita tabur tidak akan bisa kita pungut lagi. Tidak ada waktu untuk menyesali segala yang terjadi karena semuanya tidak akan bisa kita ulangi. Tapi Tuhan senantiasa memberi waktu dan menunggu kita untuk memperbaiki kesalahan itu.
Kesaksian saya dilanjutkan dengan sebuah acara wacana warsa (perpisahan untuk murid – murid yang telah lulus). Saat itu saya melihat bahwa lulusan terbaik mendapatkan berbagai penghargaan, pujian, tepukan tangan, dan tangis dari kedua orang tua yang membesarkannya. Saya hanya bisa duduk diam melihat kondisi saya. Saya merasa sangat jauh bila dibandingkan dengan siswa berprestasi tersebut. Dalam hati saya hanya bisa iri dan ingin suatu saat menjadi seperti siswa berprestasi tersebut untuk membuat hati kedua orang tua saya bangga. Namun saya berkaca kembali dan saya mendapati bahwa untuk naik kelas saja saya susah, apalagi untuk masuk rangking 10 besar, dan untuk mendapatkan rangking 1, lalu akhirnya menjadi siswa terbaik di sekolah. Saya merasa seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan” dan saya berpikir bahwa tidak mungkin saya bisa melakukannya. Namun saya punya keinginan yang sangat kuat untuk membuat orang tua saya bangga pada saya. Untuk membuat orang tua saya dengan bangga berkata bahwa “itu anak saya!!!”
Dan semenjak itu pun saya betul – betul mau berubah. Saya sungguh – sungguh dengan sabar menanti mimpi saya yang sangat sulit itu menjadi nyata. Ternyata saudara Tuhan sungguh membuka jalan sedikit demi sedikit bagi saya. Hasil belajar dan kerja keras saya membuahkan hasil yang cukup baik meski belum mewujudkan mimpi saya. Saat kelulusan tingkat SD saya mendapat juara 4 umum. Tapi saat SD jumlah siswanya masih sangat sedikit, dan saya tahu bahwa itu bukanlah hasil yang bisa dibanggakan. Saya tetap berjuang sampai ke tingkat SLTP. Akhirnya dengan kerja keras saya baru bisa mendapatkan rangking 1 di kelas 3, namun itu hanya untuk satu kelas bukan ranking secara umum. Tapi saya sangat bersyukur pada Tuhan karena atas Kekuatan dan KuasaNya saya dapat kuat mengejar mimpi saya. Dan singkat cerita saat SLTP saya menjadi Juara Umum ke 3.
Namun saudara setelah lulus SLTP saya mulai lelah belajar dan merasa sudah cukup puas dengan prestasi saya di SLTP. Di SMU saya ingin memuaskan diri dengan bermain, saya bosan untuk selalu belajar dan belajar. Dan kemalasan saya membuat saya tidak meraih apapun di SMU. Saat lulus SMU saya melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Pada saat itu seorang dosen berkata pada mahasiswa – mahasiswa baru, “Kalian semua mulai disini dari 0 (nol), tidak peduli dulu kalian sepintar atau sebodoh apapun, dan kejarlah mimpi kalian di sini.” Saat itu saya tersadar dan terbangun dari kemalasan saya, dan saya ingat saya masih punya satu mimpi yaitu, “Menjadi yang terbaik dan membuat orang tua saya bangga.” Saat menjadi mahasiswa saya benar – benar banting tulang untuk mengejar mimpi saya itu, karena perguruan tinggi saya anggap sebagai kesempatan terakhir untuk mewujudkan mimpi saya. Beberapa semester saya merasa tidak ada harapan untuk jadi yang terbaik, karena di semester – semester awal puluhan mahasiswa mempunyai IPK yang jauh lebih tinggi daripada saya. Namun saya tetap konsisten dengan tekad saya. Dan akhirnya pada tahun ke 3 usaha saya membuahkan hasil manis karena secara tidak sengaja saya tahu bahwa IPK saya saat itu adalah yang tertinggi. Saya berusaha sekuat tenaga mempertahankannya. Dan perjuangan saya berbuah manis akhirnya saya berhasil mendapatkan IPK tertinggi saat wisuda. Dan atas prestasi saya itu akhirnya mama saya tercinta diundang untuk memberikan sambutan didepan puluhan mahasiswa dan orang tua mahasiswa yang hadir. Dan saya hanya bisa berkata, “Tuhan tidak ada kata mustahil dalam kamusMu.” Saya berterimakasih pada Tuhan karena saya berhasil mengejar mimpi saya setelah lebih dari 12 tahun. Saya seorang yang dulunya untuk naik kelas pun susah, seorang yang membuat orang tua saya menangis bukan karena kepandaian melainkan kebodohan saya, seorang yang tidak pernah dipertimbangkan sebagai siswa yang kelak akan meraih suatu penghargaan, dan saat ini telah Tuhan angkat untuk menerima anugrahNya memperoleh yang terbaik.
Melalui kesaksian ini saya ingin mengingatkan pada saudara bahwa “tidak ada kata tidak layak untuk mimpimu” karena Tuhanlah yang akan membuat mimpi tersebut layak bagimu. Tuhan tidak melihat masa lalu saudara yang mungkin penuh dengan berbagai dosa dan kesalahan, tapi Tuhan mau melihat bagaimana saudara mengubah masa lalu saudara dan berusaha mengejar mimpi saudara. Karena itu saudara kejarlah mimpimu karena “Tidak ada yang tidak layak untuk sebuah mimpi selama Tuhan yang membuka pintu bagimu”. Tuhan Yesus Memberkati. (Kesaksian Dari Sdr Hizkia)
Kesaksian saya dimulai dengan pengalaman buruk saya semasa SD. Pada waktu kelas 1 SD saya adalah anak yang sangat rajin. Tapi bukanlah rajin dalam artian yang baik dan benar melainkan rajin membolos, rajin tidur – tiduran, rajin tidak membuat PR, dan segala bentuk kerajinan dalam konotasi negative lainnya. Dan buah dari kerajinan itu adalah saya mendapat rapor dengan warna yang sangat menyala yaitu merah dan satu kata yang sangat luar biasa yaitu, “Anda dinyatakan tidak naik ke kelas 2.”
Saat menerima rapor kelas 1 saya merasa sangat terkejut dan hanya bisa menyesali buah dari kemalasan saya. Namun saya merasa tidak terima atas rapor yang saya terima karena saya melihat ada teman saya yang sesungguhnya jauh lebih kurang pintar dari saya naik tapi kelas. Selama masa liburan setelah kenaikan kelas 1 saya mulai berubah dengan jalan banyak belajar, dengan harapan guru akan berubah pikiran menaikkan saya ke kelas 2. Namun semuanya terjadi tidak sesuai yang diharapkan. Saya tetap memberontak dan memilih masuk ke ruang kelas 2 bukan ke ruang kelas 1 dimana saya seharusnya berada. Di kelas 2 saya berusaha menunjukkan kemampuan membaca saya dengan lancar, dan menjawab pertanyaan guru. Namun guru saya tidak sadar bahwa saya bukan muridnya. Sampai suatu ketika nilai saya akan dimasukkan dan nama saya tidak ada dalam daftar nilai. Akhirnya guru mengetahui bahwa saya murid kelas 1. Saat itu saya dipanggil kepala sekolah dan diminta membuat pilihan yaitu apakah bertahan di sekolah tersebut tapi duduk di bangku kelas 1, atau naik dengan syarat meninggalkan sekolah. Dan saya putuskan untuk meninggalkan sekolah, karena saya merasa mampu dan layak duduk di kelas 2. Disini saya belajar bahwa kita menuai segala yang kita tabur, dan benih yang telah kita tabur tidak akan bisa kita pungut lagi. Tidak ada waktu untuk menyesali segala yang terjadi karena semuanya tidak akan bisa kita ulangi. Tapi Tuhan senantiasa memberi waktu dan menunggu kita untuk memperbaiki kesalahan itu.
Kesaksian saya dilanjutkan dengan sebuah acara wacana warsa (perpisahan untuk murid – murid yang telah lulus). Saat itu saya melihat bahwa lulusan terbaik mendapatkan berbagai penghargaan, pujian, tepukan tangan, dan tangis dari kedua orang tua yang membesarkannya. Saya hanya bisa duduk diam melihat kondisi saya. Saya merasa sangat jauh bila dibandingkan dengan siswa berprestasi tersebut. Dalam hati saya hanya bisa iri dan ingin suatu saat menjadi seperti siswa berprestasi tersebut untuk membuat hati kedua orang tua saya bangga. Namun saya berkaca kembali dan saya mendapati bahwa untuk naik kelas saja saya susah, apalagi untuk masuk rangking 10 besar, dan untuk mendapatkan rangking 1, lalu akhirnya menjadi siswa terbaik di sekolah. Saya merasa seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan” dan saya berpikir bahwa tidak mungkin saya bisa melakukannya. Namun saya punya keinginan yang sangat kuat untuk membuat orang tua saya bangga pada saya. Untuk membuat orang tua saya dengan bangga berkata bahwa “itu anak saya!!!”
Dan semenjak itu pun saya betul – betul mau berubah. Saya sungguh – sungguh dengan sabar menanti mimpi saya yang sangat sulit itu menjadi nyata. Ternyata saudara Tuhan sungguh membuka jalan sedikit demi sedikit bagi saya. Hasil belajar dan kerja keras saya membuahkan hasil yang cukup baik meski belum mewujudkan mimpi saya. Saat kelulusan tingkat SD saya mendapat juara 4 umum. Tapi saat SD jumlah siswanya masih sangat sedikit, dan saya tahu bahwa itu bukanlah hasil yang bisa dibanggakan. Saya tetap berjuang sampai ke tingkat SLTP. Akhirnya dengan kerja keras saya baru bisa mendapatkan rangking 1 di kelas 3, namun itu hanya untuk satu kelas bukan ranking secara umum. Tapi saya sangat bersyukur pada Tuhan karena atas Kekuatan dan KuasaNya saya dapat kuat mengejar mimpi saya. Dan singkat cerita saat SLTP saya menjadi Juara Umum ke 3.
Namun saudara setelah lulus SLTP saya mulai lelah belajar dan merasa sudah cukup puas dengan prestasi saya di SLTP. Di SMU saya ingin memuaskan diri dengan bermain, saya bosan untuk selalu belajar dan belajar. Dan kemalasan saya membuat saya tidak meraih apapun di SMU. Saat lulus SMU saya melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Pada saat itu seorang dosen berkata pada mahasiswa – mahasiswa baru, “Kalian semua mulai disini dari 0 (nol), tidak peduli dulu kalian sepintar atau sebodoh apapun, dan kejarlah mimpi kalian di sini.” Saat itu saya tersadar dan terbangun dari kemalasan saya, dan saya ingat saya masih punya satu mimpi yaitu, “Menjadi yang terbaik dan membuat orang tua saya bangga.” Saat menjadi mahasiswa saya benar – benar banting tulang untuk mengejar mimpi saya itu, karena perguruan tinggi saya anggap sebagai kesempatan terakhir untuk mewujudkan mimpi saya. Beberapa semester saya merasa tidak ada harapan untuk jadi yang terbaik, karena di semester – semester awal puluhan mahasiswa mempunyai IPK yang jauh lebih tinggi daripada saya. Namun saya tetap konsisten dengan tekad saya. Dan akhirnya pada tahun ke 3 usaha saya membuahkan hasil manis karena secara tidak sengaja saya tahu bahwa IPK saya saat itu adalah yang tertinggi. Saya berusaha sekuat tenaga mempertahankannya. Dan perjuangan saya berbuah manis akhirnya saya berhasil mendapatkan IPK tertinggi saat wisuda. Dan atas prestasi saya itu akhirnya mama saya tercinta diundang untuk memberikan sambutan didepan puluhan mahasiswa dan orang tua mahasiswa yang hadir. Dan saya hanya bisa berkata, “Tuhan tidak ada kata mustahil dalam kamusMu.” Saya berterimakasih pada Tuhan karena saya berhasil mengejar mimpi saya setelah lebih dari 12 tahun. Saya seorang yang dulunya untuk naik kelas pun susah, seorang yang membuat orang tua saya menangis bukan karena kepandaian melainkan kebodohan saya, seorang yang tidak pernah dipertimbangkan sebagai siswa yang kelak akan meraih suatu penghargaan, dan saat ini telah Tuhan angkat untuk menerima anugrahNya memperoleh yang terbaik.
Melalui kesaksian ini saya ingin mengingatkan pada saudara bahwa “tidak ada kata tidak layak untuk mimpimu” karena Tuhanlah yang akan membuat mimpi tersebut layak bagimu. Tuhan tidak melihat masa lalu saudara yang mungkin penuh dengan berbagai dosa dan kesalahan, tapi Tuhan mau melihat bagaimana saudara mengubah masa lalu saudara dan berusaha mengejar mimpi saudara. Karena itu saudara kejarlah mimpimu karena “Tidak ada yang tidak layak untuk sebuah mimpi selama Tuhan yang membuka pintu bagimu”. Tuhan Yesus Memberkati. (Kesaksian Dari Sdr Hizkia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini