Hampir semua konflik yang terjadi di dunia disebabkan oleh kejadian di
masa lalu. Dalam salah satu seminar di World Prayer Assembly (WPA) yang
berjudul Confronting War, Ethnic Conflict and Violence through Reconciliation
(Menghadapi Perang, Konflik Etnis dan Kekerasan melalui Rekonsiliasi), Brian
Mills menyampaikan pentingnya sebuah pengampunan untuk menghentikan lingkaran
konflik dan kekerasan.
“Setiap konflik itu harus sampai pada satu
titik dimana salah satu atau kedua pihak yang terlibat melepaskan pengampunan.
Tanpa pengampunan, maka konflik tersebut tidak akan ada akhirnya, karena benih
perpecahan dan aroganisme itu akan tetap tertinggal sehingga akan muncul
(konflik) kembali di situasi-situasi yang lainnya,” ungkap Mills.
Mills mengungkapkan, doa yang paling penting
untuk diucapkan adalah doa pengampunan seperti yang dilakukan Yesus di kayu
salib sebelum kematian-Nya. “Saudara tahu bahwa di kayu salib, ada sebuah doa
yang dinyatakan sebagai doa yang paling penting untuk didoakan. Itu doa
pengampunan. Bapa ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka
lakukan,” jelasnya.
Mills menambahkan, pengampunan adalah salah
satu hal yang terus diulang Yesus dalam setiap pengajarannya. Termasuk saat Dia
mengajar berdoa Bapa Kami yang merupakan isi hati Tuhan. “Kita minta Tuhan
mengampuni diri kita, tapi sebagaimana kita juga mengampuni orang lain,” jelas
Mills.
Salah satu negara yang tengah mengalami konflik
adalah Myanmar. Selain isu demokratisasi, pemberontakan dan perang saudara,
salah satu pemicu kerusuhan adalah konflik antar etnis. Sejak awal Juni,
telah lebih dari 50 orang tewas yang dipicu adanya kasus perkosaan dan
pembunuhan seorang gadis dari etnis Raknine yang mayoritas beragama Budha.
Kejadian tersebut diduga dilakukan oleh tiga orang pria dari etnis Rohingya
yang mayoritas beragama Islam.
Permasalahan konflik etnis ini tidak hanya
dipicu oleh kasus tersebut tetapi sudah ada benih-benih perselisihan sejak awal
kemerdekaan. Etnis Etnis muslim Rohingya di Rakhine merasa tidak pernah
mendapatkan persamaan hak, mereka juga tidak mendapat kewarganegaraan karena
dianggap pemerintah sebagai imigran illegal dari Bangladesh. Bahkan sejak awal
kemerdekaan 1948, ketika bangsa Burma merayakan kemerdekaan, etnis Rohingya
dikucilkan dari kegembiraan tersebut.
Pengampunan mempunyai peranan penting dalam
rekonsiliasi sebuah hubungan. Tanpa pengampunan, maka kedamaian hanya akan
menjadi sebuah impian belaka. Pengampunan bukanlah kekalahan, melainkan sebuah
kekuatan yang berlandaskan kasih. Mari berdoa untuk kedamaian di dunia termasuk
Myanmar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel ini bisa dikomentari melalui kotak dibawah ini