Senin, 09 Juli 2012

Madagascar 3 : Europe's Most Wanted

Sekuel film Madagascar yang ketiga telah menghiasi bioskop-bioskop pada minggu ini. Madagascar 3: Europe’s Most Wanted 3D kembali memunculkan empat sekawan, Alex si singa, Marty si zebra, Melman si jerapah dan Gloria, kuda nil wanita yang tambun. Setelah sebelumnya di film pertama, keempatnya sengaja melarikan diri dari kebun binatan di New York, di film ini mereka berempat rindu untuk kembali kesana.
Setelah sebelumnya terdampar di Afrika, berkat para penguin yang berhasil menghidupkan pesawat mereka sampai di Monte Carlo. Mereka ingin melanjutkan perjalanan, namun harus meminta bantuan penguin yang berada di kasino. Saat huru-hara terjadi di kasino, muncullah tokoh antagonis polisi hewan DuBois (Frances McDormand) yang memiliki obsesi untuk memburu singa.
Karena terpojok saat dikejar polisi, Alex, Marty, Gloria dan Melman menemukan kereta sirkus. Namun selain binatang sirkus tidak diperbolehkan naik, akhirnya Alex terpaksa berbohong demi menghindari kejaran DuBois. Di sirkus inilah mereka bertemu dengan Vital, harimau rusia dan Gia, jaguar wanita yang akan memikat hati Alex, serta Stefano sang singa laut. Dari situlah petualangan keliling eropa dimulai dan memunculkan banyak aksi heroik dan juga lucu.
Dalam film ini pesan betapa pentingnya persahabatan dan kasih tanpa syarat dalam pertemanan sangat kuat diwakili oleh quartet Alex, Marty, Gloria dan Melman. Selain itu juga nilai-nilai tentang pentingnya saling membantu satu sama lain saat mereka bekerja sama dengan hewan-hewan sirkus untuk memperbaiki performa sirkus sehingga tetap disukai para penonton. Film ini dipastikan akan mengocok perut Anda dengan aksi-aksi konyol dan lucu binatang-binatang yang bisa bicara dan beraksi bagaikan manusia ini.
Namun ada beberapa hal yang patut diwaspadai seperti tindakan kekerasan yang mereka lakukan dan juga guyonan berisi sindiran-sindiran yang mereka lontarkan, hal ini akan sulit dicerna oleh anak-anak kecil. Untuk itu bimbingan orangtua dalam menonton film ini sangat diperlukan, selain itu, sebagai orang dewasa Anda pun tidak akan merasa rugi menonton film animasi ini.
Sumber : jawaban.com


Pulau Patmos

Arti kata Patmos adalah "yang fana". Patmos adalah sebuah pulau kecil yang tandus dari kepulauan Dodekanese. Pulau Patmos terletak kira-kira 55 km di barat daya tepi pantai Asia Kecil. Dulu, yang dimaksud Asia adalah provinsi dari kekaisaran Romawi, yakni bagian barat dari negeri Turki. Panjang pulau PAtmos kira-kira 12 km dan lebarnya 7 km. Pulau ini dulu diangap hanya sebagai perbukitan berbongkol berapi yang dikelilingi oleh lautan. Pulau ini sekarang bernama Patmo atau Patino dan termasuk wilayah Yunani.

Nama pulau Patmos terasa akrab bagi kita karena kita tahu bahwa di pulau kecil ini Rasul Yohanes ( penulis Injil Yohanes dan surat 1, 2, 3 Yohanes ) menulis Kitab Wahyu, yaitu kitab terakhir dari Alkitab yang diwahyukan oleh Tuhan. Menurut catatan sejarah, Rasul Yohanes pindah dari Israel dan tinggal di Efesus, ibukota kekaisaran Romawi di Asia. Pada masa itu kekaisaran Romawi menganiaya orang-orang yang tidak mau menyembah kaisar di Roma, terutama para pengikut Yesus dan Rasul Yohanes termasuk di dalamnya. Rasul Yohanes mengalami penganiayaan yang hebat seperti yang dialami oleh para rasul pada zaman gereja mula-mula. Rasul Yohanes digoreng hidup-hidup di dalam minyak mendidih di Roma, tetapi ia tetap hidup, karena Tuhan masih ingin memakainya lebih jauh. Karena dilihat tetap hidup setelah digoreng di dalam minyak penggorengan yang mendidih, maka Rasul Yohanes kemudian dibuang ke suatu pulau kecil yang bernama pulau Patmos. Pada masa pembuangannya itulah Rasul Yohanes mendapatkan wahyu langsung dari Tuhan Yesus Kristus dan ia menuliskannya.
Revelation 1:9 KJV
"I John, who also am your brother, and companion in tribulation, and in the kingdom and patience of Jesus Christ, was in the isle that is called Patmos, for the word of God, and for the testimony of Jesus Christ."

Rasul Yohanes mendapat penglihatan-penglihatan yang bersifat simbolis dan ia menuliskannya menjadi Kitab Wahyu yang kita kenal sekarang ini. Rasul Yohanes menulis penglihatannya itu pada saat akhir pemerintahan Kaisar Domitian yang memerintah Romawi dari tahun 81 AD - 96 AD.

Setelah dibebaskan dari pulau Patmos, Rasul Yohanes kemudian menjadi bishop di Edessa ( Turki ). Walaupun pernah dianiaya, Rasul Yohanes adalah satu-satunya rasul yang meninggal karena usia lanjut. Ia tidak meninggal karena penganiayaan Romawi, karena Tuhan memiliki rencana kepadanya.

Mengingat pulau Patmos, maka kita mengingat :
1. Tuhan menginginkan seorang Kristen yang bertekun dan melayaniNya sampai akhir hidupnya. Walaupun Rasul Yohanes mengalami penganiayaan heat, namun tetap bertekun di dalam Tuhan Yesus asalkan ia dapat menggenapi semua rencana Tuhan di dalam hidupnya. Penderitaan adalah bagian dari ke-Kristen-an dan alat penguji iman, apakah tetap setia menyembah dan melayani Yesus Kristus meskipun nyawa menjadi taruhannya.
2. Bahwa di tempat terpencil, yang terasing seperti pulau Patmos, Tuhan memakai Yohanes untuk mencurahkan isi hatiNya dan menggenapi rencanaNya. Dimanapun kita berada, di kota, di desa, di pedalaman, di pulau kecil, kita dapat dipakai Tuhan untuk memberitakan isi hatiNya dan menggenapi rencanaNya yang besar, asalkan kita tetap taat dan setia pada panggilan itu.
3. Kitab Wahyu yang ditulis di pulau Patmos mengingatkan kita akan kesetiaan dan keadilan Tuhan. Tuhan tetap setia dan sabar menasihati ke tujuh jemaat penerima Wahyu supaya mereka hidup dengan kesungguhan di hadapan Tuhan. Di sisi lain, Kitab Wahyu juga mengingatkan kita akan penghakiman terakhir dan nubuat peristiwa akhir zaman yang akan segera digenapi. Tidak ada satupun kita suci di dunia ini yang mampu memberikan detail kejadian masa depan yang akan segera terjadi, hanya selain Kitab Wahyu yang diwahyukan oleh sang Raja itu sendiri yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Sumber : internet



Senin, 02 Juli 2012

Semakin Dahsyat Semakin Luar Biasa !!

Sungguh hari yang sangat spesial buat kami, tanggal 2 Juli 2012 ada yang berulang tahun yaitu saudara Deni. Tuhan memberkati saudara Deni, semakin hari biarlah dia terus menjadi berkat buat sesamanya. Kasih saudara deni buat kami sungguh luar biasa, dia selalu menyapa orang terlebih dahulu kepada kami saat bertemu. terus berkarya saudara deni !! Tuhan memberkati




Minggu, 01 Juli 2012

Komsel Remaja Tingkir

 Kembali lagi dalam rubrik EL-ACTIVITY… kali ini kami akan membahas tentang kegiatan rutin EL-A YOUTH setiap kamis. Yaitu komsel remaja di Tingkir. Pelayanan ini dilakukan tiap hari Kamis jam 17:30 di Perumahan Telaga Mukti 1 Tingkir. Berikut dokumentasinya :



Mongol Bintang STAND UP COMEDY Pernah Jadi Pemimpin Gereja Setan

Dalam kisah sebelumnya, komedian Mongol mengungkapkan bahwa masa lalunya sangat kelam. Sebelum bertobat, ternyata ia pernah mengikuti sekte sesat, yaitu menjadi pemimpin gereja setan. “Dulu aku ikut satu komunitas namanya Church of Satan di satu link yang namanya Lucifer Circle. Aku pimpinannya dan aku pimpinan untuk benua Asia,” ujarnya serius.

Mongol merasa terlahir dari keluarga yang tak punya dasar agama yang kuat. Sehingga, hal itu membuatnya salah jalan dan mengikuti bahkan menjadi pemimpin sekte sesat gereja setan di Manado. Ketika itu Mongol dipilih sebagai pemimpin gereja setan untuk benua Asia karena dinilai cerdas. Makanya ia pun mendapat tugas untuk menyesatkan dengan cara membelokkan konsep kekristenan.

“Kita punya konsep yang namanya logically concept, konsep otak. Kerjaan kita membahas isi Alkitab mana yang bisa kita ubah secara konseptual dan kita munculkan dalam bentuk buku atau traktat lalu kita taruh di gereja atau di toko buku Kristen agar orang baca dan berubah pandangan,” paparnya. Pria kelahiran Manado 27 September 1978 itu memang tak main-main dengan pengakuannya. “Dulu aku begitu ditakuti. Menunjuk orang kalau aku bilang mati, ya mati,” ujarnya.

Namun, kini semua itu tinggal cerita. Mongol telah meninggalkan semua masa lalunya yang kelam itu. Ia pun mengaku tak menyangka, soalnya secara posisi, fasilitas dan segala kemewahan yang ditawarkan gereja setan kepadanya dirasanya tak mungkin bisa membuatnya bertobat.

Lantas bagaimana ia kemudian bisa “kembali ke jalan yang benar”? “Aku dijamah Tuhan dan bisa tersenyum sama tertawa. Dulu aku nggak bisa,” jawabnya, kali ini jelas tidak sedang melawak. “Itu adalah mukjizat pertama yang aku bilang adalah sukacita. Secara fisik dan otak, nggak mungkin aku bertobat, tapi bagi Tuhan nggak ada yang nggak mungkin,” sambungnya. Mongol merasa hidup jadi lebih indah setelah bertobat. Di balik kesuksesannya saat ini, ia percaya pada mukjizat. “Itu sudah kasih karunia Tuhan yang berlaku buat aku ketika aku mengalami pertobatan. Bagian terindah dalam hidup. Sekalipun senyumku jelek, aku bersyukur bisa tersenyum,” tandasnya.

Jakarta - Stand up comedy atau melawak dengan gaya monolog sedang digandrungi masyarakat. Di antara beberapa pelakunya, nama Mongol kini tengah naik daun lantaran dianggap lucu dalam setiap penampilannya. Pria bernama asli Rony Imannuel itu berhasil mencuri perhatian sejak pertama tampil di acara ‘Stand Up Comedy Show’ yang tayang di Metro TV. Banyak orang tertawa terpingkal-pingkal saat ia membawa materi lawakan seputar dirinya maupun realitas sosial di masyarakat. Mongol seringkali mengangkat tema seputar kaum homoseksual yang disebutnya dengan istilah KW. Masalah pencopet di Jakarta hingga jambul Syahrini pun tak luput jadi bahan leluconnya di atas panggung.

Perawakan Mongol unik. Matanya sipit dan kulitnya sawo matang. Sedangkan logat bicaranya terdengar seperti orang Batak. Namun ia mengaku asli kelahiran Manado, sedangkan ayahnya orang Mongolia. “Itu makanya aku dipanggil Mongol. Dari kecil memang sudah dipanggil begitu,” katanya. Adapun mengenai logat bicaranya yang seperti orang Batak, Mongol menjelaskan bahwa ia tinggal cukup lama bersama orang Batak saat pertama kali merantau ke Jakarta. Terlepas dari itu, selama ini memang tak ada yang percaya jika ia mengaku sebagai orang Manado.

“Dulu di Pasar Senen aku pernah ditanya, orang mana? Aku jawab, orang Manado. Eh dia nggak percaya dan bilang, orang Manado itu ganteng, kulit putih, dan hidung mancung. Lah, kau macam bodat (monyet dalam bahasa Batak) begitu,” kisahnya. “Kulitku hitam begini, makanya orang lebih percaya kalau aku orang Batak ketimbang Manado,” sambungnya seraya tertawa.

Dikisahkan, profesinya sebagai seorang comic (pelaku Stand Up Comedy) terjadi secara tak sengaja. Pertengahan Juli lalu, ia dijebak seorang temannya untuk tampil melucu di Comedy Cafe, Kemang, Jakarta Selatan. “Waktu itu kagetlah aku. Sumpah demi Tuhan, kaget. Ternyata aku disuruh melucu di depan orang-orang,” kenangnya.

Namun siapa sangka, lelucon Mongol di atas panggung itu ternyata sukses membuat seluruh penonton di tempat tersebut tertawa terpingkal-pingkal. “Puji Tuhan, waktu itu pecah istilahnya, menggelegar semua sampai berdiri tepuk tangan. Malah ada yang bilang, itu anak dikerjain saja bisa begitu, bagaimana kalau nggak?” paparnya.

Sejak saat itu, pria kelahiran Manado 27 September 1978 itu kerap diminta manggung dan melucu di kafe tersebut. Hingga suatu ketika, kesempatan menghampirinya untuk tampil dalam acara ‘Stand Up Comedy Show’ di Metro TV. Lantaran baru pertama kali tampil di televisi, Mongol pun tegang di depan kamera. Tak hanya itu, ia juga merasa gugup karena harus berdampingan dengan orang-orang yang dinilainya telah punya nama besar seperti Steny Agustaf, Soleh Solihun, Miund, Iwel Wel dan Isman.

“Gugupnya itu bukan hanya soal di depan kamera, tapi berdampingan dengan mereka itu kan berat. Siapalah aku ini? Apalagi penontonnya itu banyak banget. Makanya pertama kali jadi gugup,” ujarnya.

Namun lagi-lagi Mongol mampu mengalahkan kendalanya itu. Ia berhasil menguasai panggung dan membuat penonton tertawa. Begitu pula di episode-episode selanjutnya. Padahal diakuinya, selama ini ia tak pernah menghafal materi. Semua mengalir begitu saja.
Menyikapi keberhasilannya itu, Mongol pun mengaku bersyukur kepada Tuhan. Apalagi banyak penggemarnya yang beranggapan, penampilannya tak diragukan jika sudah naik ke atas panggung.
“Puji Tuhan sampai sekarang aku bisa dianggap beberapa orang dan komunitas sebagai salah satu comic yang sukses. Pokoknya dianggap salah satu dewa stand up comedy Indonesia. Ada yang bilang, kalau aku naik panggung sudah jaminan pasti lucu. Hahaha,” tuturnya.

Jakarta - Di balik kelucuannya, tersimpan masa lalu yang kelam. Setidaknya, demikianlah Mongol mengenang sejarah kesuksesannya sebagai salah satu bintang stand up comedy yang bersinar. Ya, di balik honornya yang telah mencapai Rp 8 juta sehari, ia punya cerita tentang cita-cita yang kandas.”Masa lalu aku dulu sangat kelam dan aku kemudian bertobat. Dalam Kristen istilahnya lahir baru,” ungkapnya saat berbincang dengan Detikhot. “Itu sudah kebiasaan orang Manado, dikala bertobat dan dijamah Tuhan, cita-citanya langsung jadi pendeta,” sambungnya diiringi tawa. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Mongol merantau dari Manado ke Jakarta untuk menempuh pendidikan sekolah pendeta. Itu terjadi pada 1997. Bisa dibilang, saat itu pria bernama asli Rony Imannuel tersebut berangkat ke Jakarta dengan modal nekat.
“Waktu itu aku berangkat hanya bawa duit 100 perak logam karena jadi pendeta itu dibiayai sponsor. Aku naik kapal laut dengan waktu 6 hari perjalanan dan singgah di kiri-kanan,” kisahnya.

Beberapa bulan di Jakarta, tak ada kejelasan dari pihak sponsor untuk menyekolahkan Mongol jadi pendeta. Hingga akhirnya harapannya tersebut kandas di tengah jalan. “Waktu itu aku kemudian tahu, orang yang mensponsori aku sudah pergi ke Amerika. Makanya akhirnya batal,” ujarnya masih menyisakan kesal.

Gagal masuk sekolah pendeta dan tak punya uang praktis membuat pria kelahiran 27 September 1978 itu luntang-lantung di Jakarta. Berbagai upaya pun coba dilakukannya untuk bertahan hidup. “Pertama kali aku tidur di emperan toko di Sarinah. Malam-malam bantu tukang pecel lele di Jalan Sunda. Aku bantu kerja walaupun cuma dikasih makan. Aku ingat waktu itu juga kadang telat bayar kos. Tapi, ya Puji Tuhan dapat kos-kosan punya orang Batak dan dia masih mentolerir kalau telat seminggu atau sebulan. Nangis ya nangis waktu itu,” kenangnya.

Mongol pernah pula kerja di rumah makan Padang sebelum akhirnya bekerja di sebuah perusahaan swasta. “Di rumah makan padang gaji aku waktu itu Rp 400 ribu, terus kerja di sebuah perusahaan swasta gajinya Rp 1, 2 juta,” ungkapnya blak-blakan. Setelah dua tahun lebih bekerja di sebuah perusahaan swasta, Mongol akhirnya memutuskan untuk berhenti dan ikut dalam sebuah manajemen artis. “Waktu itu aku menangani Dirly ‘Idol’ sekitar 4 tahun 8 bulan. Mengikuti dia syuting, nyanyi dan lain-lain,” katanya.

Lepas dari situ, Mongol kemudian membentuk manajemen sendiri bersama temannya. “Puji Tuhan waktu itu chanel-ku sudah banyak, jadi usaha itu jalan,” paparnya. Sejak itu pekerjaan Mongol pun mulai berkembang dan membuat pergaulannya meluas.

Singkat cerita, sifatnya yang humoris alias suka melucu mengantarkannya tampil dalam acara ‘Stand Up Comedy Show’ di Metro TV, hingga dikenal orang seperti sekarang. Ketika diingatkan kembali tentang cita-cita menjadi pendeta yang gagal, Mongol tak menyesal. Baginya, jalan hidupnya kini sebagai komedian merupakan rencana Tuhan. “Pada akhirnya ya aku menyadari,  jadi pendeta itu panggilan, bukan kemauan. Sejauh ini aku menilai ini semua adalah mukjizat Tuhan,” ujarnya mendadak serius. Puji Tuhan!


Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger