Sabtu, 30 Juni 2012

MARNI, Pembantu Yang Menjadi Motivator Sukses

Wanita ini hanyalah seorang pembantu rumah tangga, namun melalui kehidupannya, dia bisa memberkati orang-orang terpelajar.
"Nama saya Marni, saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Saat ini saya memimpin sebuah komunitas yang anggotanya orang terpelajar, antara lain D3, S1, bahkan ada yang menjabat sebagai seorang manajer."
Namun Marni yang ceria dan penuh percaya diri ini, sangat jauh berbeda dengan Marni yang dulu. Dia menyimpan sebuah kenangan pahit di masa lalunya. Kemiskinan dan cacat pada matanya, membuat masa kecil yang harusnya bahagia, hilang berganti menjadi hinaan dan cercaan.
"Saya waktu itu kelas 3 SD. Saat itu saya baru menyadari bahwa fisik saya ada yang kurang, tidak sempurna. Mata kanan saya tidak bisa melihat, hanya yang kiri saja yang bisa melihat. Waktu itu teman-teman sering mengejek saya ‘Marni, matanya bijil (buta sebelah - red)..' kata-kata itu yang membuat saya sakit hati. Membuat saya sangat sedih. Saya merasa Tuhan tidak adil."
Marni tidak dilahirkan dalam keadaan cacat, namun karena sebuah kejadian sepele, seluruh kehidupannya berubah.
"Pada saat saya main, mata saya terlempar serpihan genteng. Saya kesakitan waktu itu, dan ketika saya tutup dengan tangan, ada darah di tangan saya. Dari hari ke hari, penglihatan saya semakin berkurang. Dan dalam waktu beberapa bulan, mata kanan saya sudah tidak bisa melihat lagi. Tetapi saya tidak pernah menyadarinya, sampai teman-teman saya mulai mengejek saya di kelas 3 SD waktu itu."
Hati yang terhujam dengan kekecewaan membuat Marni kehilangan jati diri, dia bertumbuh menjadi remaja yang minder dan sangat rendah diri.
"Ketika saya bertumbuh dewasa, saya mulai merasa minder, pemalu, penakut dan menjadi pribadi yang pendiam. Susah untuk tertawa, bahkan untuk senyum. Untuk bicara di depan dua orang saja saya gemetar, karena saya merasa fisik saya tidak sempurna."
Didalam ketidak sempurnaan dan keluguannya, Marni pun ingin mengubah nasibnya di Jakarta.
"Waktu itu ada saudara saya yang menawarkan pada saya pekerjaan di Jakarta. Saya bertanya, ‘kerjaan apa?' dia jawab ‘pokoknya gampanglah nanti. Ikut aku aja.' Di dalam hati saya ada kerinduan untuk mau pergi ke Jakarta. Pada hal belum jelas pekerjaan yang di tawarkan itu apa. Waktu itu saya masih menjahit di rumah, bahkan masih ada jahitan yang harus saya selesaikan. Lalu saya memberanikan diri untuk meminta ijin kepada orangtua saya. Kalau bapak saya sih mengijinkan, karena semua itu di kembalikan ke diri saya lagi. ‘Kamu sudah besar, kamu sudah bisa memilih apa yang baik untuk diri kamu,' demikian kata bapak."
Namun apa yang terjadi ketika Marni sampai di Jakarta, bukanlah yang dia harapkan. Sampai akhirnya Marni bertemu dengan seorang ibu yang mengajaknya bekerja di sebuah rumah tangga. Inilah rumah keluarga Agus Sugianto, tempat dimana Marni mengalami titik balik kehidupannya.
"Kami melihat penampilannya memprihatinkan sekali. Prihatin disini maksudnya kusut, dan banyak hal dalam kondisi fisiknya tidak dirawat, dan tidak di urus. Selain itu juga pembawaannya sangat pemalu sekali, bahkan cenderung menutup diri. Bahkan ketika bicara dengan orang, dia tidak berani menatap mata," demikian cerita bapak Agus, majikan Marni.
"Saya melihat Marni adalah seorang pribadi yang sangat sensitif. Lalu saya memberanikan diri untuk menanyakan pada Marni, apa yang terjadi dengan matanya. Dan memang, waktu itu Marni menceritakan masa kecilnya dengan menangis," demikian tutur ibu Mala, istri bapak Agus.
"Kami menempatkan dia sebagai anak kami, dan kami sebagai orang tuanya. Jadi kami melakukan suatu pendekatan, bicara dari hati ke hati. Gimana sih sebenarnya perasaannya dia, kekecewaanya dia," demikian bapak Agus memperlakukan Marni.
"Kami membimbing dia untuk melepaskan semua kekecewaan yang ada dalam dirinya, tentang keberadaan dirinya. Atau juga penyesalan mengapa semua itu terjadi. Jadi akhirnya waktu itu kami bawa semuanya itu kepada Tuhan, sehingga dia bisa menerima semuanya ini, dan tidak menjadi sebuah penyesalan yang berkelanjutan. Tetapi mempercayai bahwa apapun keberadaan dia, ada sebuah rencana Tuhan bagi dirinya," Ibu Mala menceritakan bagaimana dirinya dan suami membimbing Marni.
"Waktu itu bapak Agus dan bu Mala mengajarkan saya untuk membaca firman, mengajak untuk berdoa, dan berdoa bersama. Dan sewaktu saya pertama kali membaca Alkitab, saya membaca ‘Oleh karena kamu berharga dimataKu, dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau.' Sewaktu firman itu saya baca, hati saya merasa tersentuh. Saya mengganti kata kamu dengan nama saya pada ayat itu. ‘Oleh karena Marni berharga di mata Tuhan, dan mulia, dan Tuhan mengasi Marni.' Saya akhirnya menerima diri saya apa adanya. Walaupun diri saya dalam kekurangan, dan diri saya cacat, tetapi saya menerima diri saya."
Apa yang menjadi kekurangan dalam diri Marni, kini menjadi sebuah kelebihan. Memimpin dan membina sebuah komunitas, kini menjadi kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Marni. Inilah cerita dari sahabat-sahabat Marni yang diberkati oleh kehidupannya:
"Mbak Marni itu sudah seperti ibu bagi saya, karena dia ikhlas menolong saya. Bahkan selalu memberikan perhatian yang lebih kepada saya," ungkap Samuel.
Lain lagi dengan cerita Grace, "Dia selalu memberikan nasihat-nasihat yang positif buat saya. Selalu menguatkan saya pada saat saya mengalami masalah yang berat. Dan juga memberikan dukungan doa pada waktu saya meminta seorang anak pada Tuhan, hingga saya boleh mempunyai seorang anak saat ini."
"Saya tidak melihat latar belakang pendidikan Mbak Marni, tetapi beliau bisa menjadi teladan buat hidup saya. Karena tidak semua orang yang berpendidikan tinggi itu dapat memberikan teladan," demikian cerita Hendra Gunawan S, S.H.
"Walaupun saya seorang manajer, tapi saya tidak melihat Mbak Marni sebagai pembantu rumah tangga. Yang saya lihat dari dirinya adalah kerendahan hatinya, dia orang yang bisa memimpin. Dan dia memberikan dampak buat orang lain, serta saya melihat hasilnya." David Mandoringin, sahabat Marni.
Inilah rahasia perubahan hidup Marni. Rasul Paulus pun pernah mengingatkan kepada Timotius agar dia menjadi teladan dalam kehidupannya. Dengan melakukan firman TUHAN dalam hidup kita, maka hidup kita akan menjadi teladan bagi orang lain. Tanpa kita sadari, sesuatu yang besar sudah TUHAN sediakan bagi orang-orang yang mengasihi TUHAN dengan perbuatannya. So, lakukan firman TUHAN, jadi teladan, dan lihatlah perubahan yang TUHAN akan kerjakan dalam kehidupanmu!
TUHAN Yesus memberkati.


Merubah Masa Lalu Kelam Jadi Berkat Untuk Orang Lain

Masa lalu yang kelam sering menjadi momok untuk menapaki kehidupan dan meraih masa depan seseorang. Keluarga yang broken home, pelecehan seksual pada masa kecil, ditinggal kekasih dan kenangan buruk lainnya itu bisa meninggalkan luka dan trauma yang membuat kita sulit untuk memaksimalkan potensi diri kita apalagi menjadi berkat untuk orang lain. Berikut beberapa hal yang mungkin bisa Anda lakukan untuk bisa berdamai dengan masa lalu dan mengubahnya menjadi berkat untuk orang lain :
Kekuatan Pengampunan
Kebanyakan kasus yang membuat seseorang tidak bisa berdamai dengan masa lalu adalah karena mereka tidak bisa mengampuni. Mengampuni di sini bisa mengampuni diri sendiri maupun mengampuni orang lain. Akuilah dosa-dosa Anda di hadapan Tuhan serta bertobat, dengan demikian Anda bisa mengampuni diri sendiri dan orang lain. Kekuatan pengampunan akan membuat Anda terbebas dari segala belenggu kebencian, dan intimidasi yang kerap Anda rasakan.
Fokuslah pada Tuhan
Satu hal yang harus Anda ketahui: Tuhan sangat ingin Anda terbebas dari tekanan masa lalu Anda. Jika Anda fokus pada diri sendiri untuk keluar dari penjara masa lalu ini, Anda mungkin akan merasa lelah dan putus asa. Namun jika Anda berfokus pada Tuhan, maka Dia akan memberikan Anda kekuatan yang akan memampukan Anda. Seperti yang disampaikan oleh Paulus, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Jadikan Berkat
Pengalaman adalah guru terbaik, hal ini tidak tertutup pada pengalaman baik saja melainkan juga pengalaman yang kurang baik. Banyak orang yang dibelenggu oleh masa lalu karena memproyeksikan masa depan berdasarkan masa lalu sehingga membuat keputusan yang salah pada masa kini. Hal inilah yang harus Anda ubah. Anda harus belajar melihat rentetan peristiwa pada masa lalu Anda dengan sudut pandang yang berbeda, sehingga Anda dapat menggunakan masa lalu itu sebagai hal yang positif dan menjadi berkat bagi orang lain.
Ambil Komitmen
Berdamai dengan masa lalu memang sebuah proses. Dan tidak dipungkiri dalam perjalanan tersebut akan ada intimidasi baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain. Karena itu kita membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat untuk memperjuangkan pemulihan dalam diri kita tersebut. Jika gagal, coba lagi! Karena seperti kata Paulus, segala sesuatu dapat kutanggung di dalam Dia yang memberiku kekuatan.
Ingatlah, 2000 tahun lalu Kristus telah menebus semua dosa Anda, dia ingin Anda merdeka dari segala belenggu dosa Anda. Jadi sekarang mari nikmati kemerdekaan itu dengan berdamai terhadap masa lalu Anda dan menjadikan hidup Anda berkat bagi orang lain.


Terpanggil Untuk Berdoa

Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (I Timotius 2:1)
Banyak dari kita yang sudah mengetahui tentang doa, tetapi tidak semua dari kita yang menyadari bahwa selaku murid Kristus, salah satu panggilan DIA bagi penyerahan diri kita adalah berdoa. Allah memanggil kita untuk mencari DIA, kehendak-Nya, dan jalan-Nya dalam segala bidang kehidupan kita.
Allah telah menghubungkan diirnya dengan doa, jadi pada waktu umat-Nya berseru kepada-Nya, Dia mendengar dan menolong. Yesus mengajarkan hal ini kepada kita dalam perumpamaan tentang Hakim yang Tak Benar (Baca Lukas 18 : 1 –8). Secara singkat, pada perikop tersebut dituliskan mengenai seorang janda yang sedang dalam kesulitan. Dan dalam masalahnya tersebut, ia pun datang kepada seorang hakim yang tak takut akan Tuhan dan tak menghormati siapapun. Pada awalnya, hakim ini mengacuhkan kedatangan janda tersebut. Tetapi setelah beberapa lamanya menolak, hakim ini pun mau juga mengabulkan apa yang menjadi keinginan wanita tersebut.
Dari kisah ini, Yesus ingin memberi tahu setiap kita bahwa kalau hakim yang tidak benar itu saja pada akhirnya dapat tergerak untuk menolong wanita malang yang sedang dalam kesulitan dengan alasan agar ia tidak terus diganggu oleh si wanita tersebut, apalagi Bapa kita yang di surga; Dia akan memberikan keadilan dan pertolongan kepada anak-anak-Nya yang datang kepada-Nya terus menerus.
Ini adalah pengajaran dengan menggunakan kontras, Yesus tidak bermaksud supaya kita membandingkan Bapa di surga dengan hakim itu, sebab hakim itu adalah orang yang tidak peduli. Ia seorang yang tidak berperasaan dan acuh tak acuh. Ia memenuhi permintaan wanita itu hanya supaya wanita itu berhenti mengganggunya. Yesus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Allah seperti hakim itu. Sama sekali tidak. Tetapi jika orang yang acuh tak acuh dan tidak berperasaan itu pada akhirnya dapat tergerak untuk menolong seorang wanita yang sedang menghadapi suatu keperluan, betapa Bapa kita yang di surga akan lebih tergerak untuk menolong kita ketika kita menghadap-Nya dan menyampaikan permintaan kita.
Permintaan ini merupakan pendorong yang kuat bahwa doa kita lama tidak dijawab. Kita semua mengalami masa-masa gelap ketika langit tampaknya seperti kuningan. Tetapi Yesus mendesak kita untuk tetap berdoa. Jangan berhenti. Allah dapat tergerak dan doa adalah kekuatan yang menggerakkannya. Sementara Yesus mendorong kita untuk berdoa, Dia mengajarkan tiga kebenaran agung mengenai doa:
1. Tugas yang Kudus. Pertama-tama, Yesus mengajarkan kepada kita bahwa doa adalah tugas yang kudus. Dia berkata bahwa kita “harus berdoa”. Kita harus menunjukkan suatu kewajiban moral, suatu tugas yang kudus. Mengapa Yesus berkata kita harus berdoa ? Karena Dia tahu apa yang dapat dihasilkan oleh doa. Doa dapat menghidupkan kembali sebuah gereja. Doa dapat memberi kekuatan kepada seseorang. Doa dapat menjungkirbalikkan kehidupan. Karena mengetahui apa yang dapat dihasilkan oleh doa, Yesus berkata bahwa orang harus berdoa.
2. Kebutuhan yang terus menerus. Yesus tidak hanya memberitahu kita bahwa doa adalah suatu tugas yang kudus, tetapi Dia juga mengajar kita bahwa doa adalah suatu kebutuhan yang terus menerus. Dia berkata bahwa kita “harus selalu berdoa”. Kata selalu tidak hanya berarti setiap waktu, tetapi dalam setiap keadaan hidup. Yesus mengundang kita untuk membawa segala kebutuhan kita kepada-Nya – untuk secara terus menerus hidup bergantung pada Allah dan hidup dalam hubungan yang dekat dengan Dia. Doa tidak boleh menjadi usaha kita yang terakhir; doa harus menjadi usaha kita yang pertama. kita tidak boleh menunggu sampai kita berada dalam situasi yang gawat dan menunggu sampai kita berada dalam situasi yang gawat dan kemudian berseru kepada Allah. Kita harus berdoa setiap saat. Orang harus selalu berdoa.
3. Kebutuhan Praktis. Akhirnya, Yesus memberitahu kita bahwa doa adalah suatu keperluan yang praktis. Dia berkata bahwa orang harus selalu berdoa dengan “tidak jemu-jemu” (Lukas 18:1). Kata yang diterjemahkan jemu berarti “putus asa, bosan, undur”. Sebenarnya, ada dua arti yang mungkin bagi ungkapan “dengan tidak jemu-jemu”. Yang pertama dan yang paling jelas ialah bahwa kita tidak boleh putus asa atau berhenti berdoa. Kita tidak boleh putus di tengah jalan pada waktu kita berdoa. Tetapi, ada arti lain yang mungkin, yaitu bahwa kita harus berdoa sehingga kita tidak akan “undur” dalam tugas-tugas kehidupan yang sulit.
Yesus menyadari bahwa hidup ini sulit, Tekanan, kesulitan, dan kekecewaan melanda kita semua. Jika kita tidak hati-hati, itu semua dapat menghancurkan kita.
Doa adalah garis yang menghubungkan kita dengan Bapa di Surga. Saat kita terkoneksi dengan-Nya maka kita akan menerima kekuatan yang kita perlukan untuk menghadapi perjuangan hidup.
Doa adalah refleksi dari keimanan kita. Saat kita mengaku bahwa kita percaya sungguh-sungguh kepada Allah maka bukti nyata dari pernyataan kita ini adalah gaya hidup hidup kita sehari-hari adalah gaya hidup berdoa.
Sumber: Saduran buku Murid Sejati; Paul W.Powell; Penerbit Yayasan Kalam Hidup

Jumat, 29 Juni 2012

Isi Hati Tuhan Bagi Myanmar Dan Perdamaian Dunia

Hampir semua konflik yang terjadi di dunia disebabkan oleh kejadian di masa lalu. Dalam salah satu seminar di World Prayer Assembly (WPA) yang berjudul Confronting War, Ethnic Conflict and Violence through Reconciliation (Menghadapi Perang, Konflik Etnis dan Kekerasan melalui Rekonsiliasi), Brian Mills menyampaikan pentingnya sebuah pengampunan untuk menghentikan lingkaran konflik dan kekerasan.
“Setiap konflik itu harus sampai pada satu titik dimana salah satu atau kedua pihak yang terlibat melepaskan pengampunan. Tanpa pengampunan, maka konflik tersebut tidak akan ada akhirnya, karena benih perpecahan dan aroganisme itu akan tetap tertinggal sehingga akan muncul (konflik) kembali di situasi-situasi yang lainnya,” ungkap Mills.
Mills mengungkapkan, doa yang paling penting untuk diucapkan adalah doa pengampunan seperti yang dilakukan Yesus di kayu salib sebelum kematian-Nya. “Saudara tahu bahwa di kayu salib, ada sebuah doa yang dinyatakan sebagai doa yang paling penting untuk didoakan. Itu doa pengampunan. Bapa ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan,” jelasnya.
Mills menambahkan, pengampunan adalah salah satu hal yang terus diulang Yesus dalam setiap pengajarannya. Termasuk saat Dia mengajar berdoa Bapa Kami yang merupakan isi hati Tuhan. “Kita minta Tuhan mengampuni diri kita, tapi sebagaimana kita juga mengampuni orang lain,” jelas Mills.
Salah satu negara yang tengah mengalami konflik adalah Myanmar. Selain isu demokratisasi, pemberontakan dan perang saudara, salah satu pemicu kerusuhan adalah konflik antar etnis.  Sejak awal Juni, telah lebih dari 50 orang tewas yang dipicu adanya kasus perkosaan dan pembunuhan seorang gadis dari etnis Raknine yang mayoritas beragama Budha. Kejadian tersebut diduga dilakukan oleh tiga orang pria dari etnis Rohingya yang mayoritas beragama Islam.
Permasalahan konflik etnis ini tidak hanya dipicu oleh kasus tersebut tetapi sudah ada benih-benih perselisihan sejak awal kemerdekaan. Etnis Etnis muslim Rohingya di Rakhine merasa tidak pernah mendapatkan persamaan hak, mereka juga tidak mendapat kewarganegaraan karena dianggap pemerintah sebagai imigran illegal dari Bangladesh. Bahkan sejak awal kemerdekaan 1948, ketika bangsa Burma merayakan kemerdekaan, etnis Rohingya dikucilkan dari kegembiraan tersebut.
Pengampunan mempunyai peranan penting dalam rekonsiliasi sebuah hubungan. Tanpa pengampunan, maka kedamaian hanya akan menjadi sebuah impian belaka. Pengampunan bukanlah kekalahan, melainkan sebuah kekuatan yang berlandaskan kasih. Mari berdoa untuk kedamaian di dunia termasuk Myanmar.


Anak Muda Adalah Gereja Hari Ini !!

 
Banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di Alkitab justru dilakukan oleh anak muda. Hal ini membuktikan bahwa anak muda mempunyai potensi yang sangat besar. Namun sayangnya, generasi ini menjadi generasi yang paling sukar untuk dimenangkan di tengah arus dunia yang banyak menawarkan kepalsuan. 
Menurut Derwin Gray, pendeta dari Transformation Church, Charlotte, Amerika Serikat, untuk menjangkau anak muda tidak ada hubungannya dengan daftar “Do and Don’t” (yang boleh dan tidak boleh dilakukan). "Remaja mencari contoh yang konsisten dari apa artinya menjalani kehidupan penuh petualangan bersama Kristus. Dimana hal itu menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, " ungkap Gray.
Menurut Gray, jalan terbaik adalah melalui pendekatan dari dalam keluarga, bagaimana orangtua menjadi figur contoh kehidupan yang digerakkan oleh Kristus. "Intinya adalah ketika Anda mengajarkan spiritualitas berbasis moral, maka hanya akan terbentuk daftar perintah dan larangan. Tapi ketika kita mengajar spiritual berbasis Injil, maka anak-anak akan jatuh cinta kepada Yesus. Dan ketika mereka sudah jatuh cinta kepada Yesus, maka Yesuslah yang akan menggerakkan mereka,” ungkap Gray.
Gray juga mengingatkan betapa hebatnya Tuhan dapat berkarya melalui anak muda. Dia mencontohkan bagaimana Tuhan memakai Daud dan Maria dalam peristiwa-peristiwa besar. Alkitab mencatat Daud mengalahkan Goliat di usia 16 atau 17, juga Maria yang diperkirakan melahirkan Yesus pada usia muda. “Kami tidak akan meremehkan apa yang Tuhan bisa lakukan melalui remaja. Sepanjang sejarah, Allah telah menggunakan remaja untuk melakukan hal-hal epik. Mereka bukan gereja besok, mereka adalah gereja hari ini," ungkap Gray.
Usia remaja adalah usia yang paling rawan untuk terhilang dari gereja sebagai komunitas orang percaya. Hal ini tidak boleh dibiarkan, untuk itu gereja dan keluarga harus bersinergi untuk memenangkan anak muda bagi Kristus. Let’s reach the unreach!



Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger