Senin, 19 April 2010

Segala Sesuatu Ada Waktunya

(Pengkhotbah 3:11)
Suatu anugerah yang luar biasa yang kembali Tuhan berikan kepada saya. Berikut ini adalah sepenggal kesaksian hidup saya.
Saya lahir dan dibesarkan dilingkungan orang percaya. Dari kecil saya mengikuti Sekolah Minggu sampai saya beranjak dewasa. Tuhan izinkan saya untuk duduk dibangku kuliah. Disini saya mulai hidup dilingkungan yang membuat saya semakin jauh dengan Tuhan. Merokok,minum alkohol dan berbohong kepada orang tua, sudah menjadi hal yang sangat biasa saya lakukan tanpa takut atau beban sedikitpun. Walaupun demikian tiap Minggu saya tetap kegereja. Bisa dikatakan sebagai suatu rutinitas dan karena takut orang tua marah jika saya sampai bangun kesiangan apalagi jika tidak berangkat kegereja. Tidak ada perubahan apa-apa ketika saya berangkat dan pulang dari gereja. Sesekali saya bisa meneteskan air mata ketika saya mendengar puji-pujian yang dinaikkan yaitu ketika saya sedang sedih atau mendapat masalah. Namun hal ini belum mampu merubah cara hidup saya sehari-hari. Sampai suatu ketika saya benar-benar terpuruk dan untuk kedua kalinya saya menghubungi Daniel teman gereja saya, agar dia mendoakan dan mengajak beribadah saya. Dan saya rasa kali ini benar-benar waktu yang Tuhan berikan untuk saya. Karya Tuhan yang luar biasa memulihkan saya, tangan kasih-Nya menjamah saya, sehingga perlahan saya mulai bisa meninggalkan kehidupan duniawi dan segala dosa-dosa yang membuat saya sulit menemukan hadirat Tuhan.
Kini semakin hari Tuhan semakin melawat saya, dan sayapun mulai melihat betapa nyata kasih-Nya. Saat ini segala masalah tidak kuhadapi sendiri lagi tapi dengan Yesus yang selalu ada untuk saya. Saudara, kiranya melalui kesaksian ini setiap kita semakin dikuatkan, dan kiranya apapun yang menjadi keadaan Saudara saat ini tetaplah mengucap syukur kepada Tuhan. Karena dalam segala keadaan kita Ia selalu setia dan tak kan pernah meninggalkan kita. Tuhan Yesus Membarkati. (Sdr Ning)

Jeritan Kesepian

(Matius 27 : 46)

Saudara pernah mendengar jeritan???

Jeritan anak kecil yang ditinggal oleh ibunya, jeritan pasien rumah sakit yang kesakitan, jeritan seorang yang sudah tidak memiliki siapapun atau jeritan-jeritan yang lainnya. Saudara pasti pernah mendengar satu diantara jeritan tersebut.

Tetapi ini berbeda dengan jeritan yang saudara dengar. Jeritan yang begitu mengharukan, jeritan yang begitu menyayat hati, jeritan yang begitu besar menanggung penderitaan orang. Inilah jeritan kesepian. Jeritan ini terdengar dari sebuah bukit. Jeritan yang keluar dari mulut sang Mesias diatas kayu salib, Ia berkata “Eli Eli Lama Sabakhtani??”(AllahKu-AllahKu mengapa Kau meninggalkan Aku). Inilah jeritan Yesus diatas kayu salib yang menanggung begitu banyak dosa dunia. Inilah yang Yesus takutkan. Bukan karena Dia menanggung siksaan, hajaran atau cambukan bukan juga karena ejekan-ejekan dan olok-olokan ketika dipengadilan. Bukan juga karena Dia harus menanggung rasa sakit saat kedua tangan dan kakiNya dipaku. Ketakutan yang sempat terlintas adalah ketika membayangkan semua yang akan ditanggungkan kepadaNya karena dosa-dosa yang tidak Dia lakukan, namun harus Dia tanggung.

Kiranya jeritan kesepian Yesus ini lebih dari cukup untuk mewakili kasihNya kepada kita. Jangan sia-siakan pengorbanan Yesus diatas kayu Salib untuk menebus dosa kita. Jangan pula kita menyia-nyiakan kasih Yesus yang begitu luar biasa kepada kita.

Oleh Sdr.Dodik

Mukjizat Itu Nyata

Saudara, tanpa kita sadari waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Sepertinya belum lama kita merayakan Paskah yang memperingati tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Tetapi bulan ini kita sudah merayakannya kembali.
Selalu ada keajaiban yang Tuhan lakukan dan mujizat itu sungguh nyata dalam kehidupan ini. Satu pengalaman pribadi yang benar-benar saya alami Saudara, sehingga membuat saya kagum dan heran akan Kuasa Tuhan. Kejadian itu saya alami pada saat kami melakukan ibadah Padang untuk merayakan Paskah bagi anak-anak Sekolah Minggu pada tahun lalu. Sebelum hari H kami para Guru merundingkan dan beberapa kali melakukan rapat untuk menyusun acara tersebut. Akhirnya diputuskanlah ibadah Sekolah Minggu dilakukan ibadah padang. Kami beribadah Padang di suatu tempat yang bernama Kampung Percik. Acara demi acara kami susun, salah satunya adalah kegiatan Out bond. Karena tempat serta acara sudah pasti maka kami terus bergumul untuk kelangsungan acara. Terutama untuk cuaca, karena saat itu sedang musim hujan. Berdoa, bergumul dan terus memohon pertolongan Tuhan itulah yang kami lakukan. Daerah sekitar yang hendak kami pakai selalu kami bawa dalam doa agar tidak ada hambatan apapun saat kami melakukan kegiatan tersebut. Namun yang paling kami gumuli secara lebih saat itu adalah untuk cuacanya. Karena seringkali keadaan cuaca yang tidak terduga yang kami hawatirkan, awalnya panas tiba-tiba hujan lebat turun dan kami tahu kalau hal tersebut terjadi, maka acara untuk Out Bond tidak dapat berjalan lancar.
Hari H telah tiba, kami bersiap-siap untuk berangkat ke tempat yang akan kami gunakan untuk melakukan ibadah Padang yaitu Kampung Percik. Saat kami hendak berangkat ke lokasi, kami melihat awan sudah mendung. Namun, kami tetap berangkat dengan iman dan percaya bahwa Tuhan akan melakukan hal yang luar biasa. Sesampainya di Kampung Percik apa yang kami pikirkan sebelum hari H terjadi, disana turun hujan yang cukup deras. Kami segera memulai ibadah kami dan berharap hujan akan reda ketika kami selesai melakukan ibadah nanti.
Ibadah berlangsung dengan begitu menyenangkan, anak-anak terlihat gembira dan sangat memperhatikan saat Firman Tuhan disampaikan. Mereka juga sangat antusias menjawab, saat guru yang bertanya mengenai Firman yang baru saja selesai disampaikan. Ibadah telah selesai namun hujan tak kunjung reda. Kami berusaha menunggu beberapa saat sampai hujan reda, awalnya kami sudah putus asa sehinga kami pikir acara untuk Out Bond akan dibatalkan karena cuaca yang tidak mendukung. Melihat hal itu ibu Gembala kami langsung menyuruh kami semua baik Guru-guru maupun anak-anak Sekolah Minggu untuk berdoa secra sungguh-sungguh kepada Tuhan agar Tuhan meredakan hujannya dan acara dapat terus berjalan. Khususnya untuk daerah-daerah yang akan kami lewati untuk Out Bond. Akhirnya kami mulai bergandengan tangan dan kami mulai berdoa kepada Tuhan. Setiap kami berdoa dan memohon kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh supaya Tuhan yang meredakan hujan bagi tempat-tempat yang akan kami gunakan untuk melakukan Out Bond.
Sesaat setelah kami mengakhiri doa kami dengan kata “Amin..” maka kami melihat mujizat mulai Tuhan nyatakan. Hujan perlahan-lahan mulai reda, kami menunggu sampai hujan benar-benar reda. Karena kami melihat cuaca sudah mendukung untuk melakukan Out Bond, maka kami segera melakukannya. Dan Puji Tuhan Saudara, karena selama kami melakukan Out Bond hujan tidak turun lagi sampai acara selesai. Tuhan mendengar dan menjawab sesuai apa yang kami doakan. Hal itu terbukti, saat ada salah satu dari Guru Sekolah Minggu yang hendak Foto Copy. Foto Copy itu letaknya berada diluar daerah-daerah yang kami doakan dan ia kembali lagi serta mengurungkan niatnya untuk Foto Copy dikarenakan hujan didaerah sana turun dengan sangat deras. Rasa kagum serta rasa syukur yang tidak dapat terlukiskan saat itu memenuhi hati saya. Saya sangat heran dengan keajaiban yang Tuhan lakukan pada saat itu.
Saudara, melalui kesaksian ini kita mau sama-sama belajar untuk sungguh-sungguh ketika kita berdoa kepada Tuhan. Supaya apa yang kita minta akan segara Tuhan berikan karena mujizat Tuhan itu sungguh nyata. Ingat juga Saudara Firman Tuhan yang tertulis dalam Yak 5:16b disana dengan jelas dituliskan bahwa doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya. Tuhan Yesus Memberkati.
Oleh sdri. Kiok

Pengorbanan Sejati (Yohanes15 : 13)

Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan, sering kali kita melihat pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh manusia untuk sesamanya. Mulai dari pengorbanan yang terkecil misalnya berkorban materi, sampai pengorbanan yang besar. Misalnya, berkorban nyawa demi seseorang, itupun masih jarang kita jumpai. Namun, pengorbanan tersebut tidak sebanding dengan pengorbanan Yesus yang mati di kayu Salib. Memang berkorban untuk seseorang adalah suatu hal yang sangat baik, apalagi kalau sampai merelakan nyawanya. Biasanya pengorbanan yang dilakukan manusia karena ada sesuatu yang mendasarinya. Mungkin karena ia ingin dijuluki sebagai seorang pahlawan, karena suatu kewajiban, karena ada sesuatu yang diinginkan, atau bahkan mungkin karena kita hanya sekedar ingin membalas budi terhadap orang yang sudah berbuat baik kepada kita.

Dan biasanya dalam melakukan pengorbanan pasti ada pihak yang diperlakukan tidak adil. Misalnya saja saat terjadi pertempuran antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Tentu saja para pejuang saat itu berusaha keras membela Negara mereka masing-masing dan tidak mungkin membela bangsa yang mereka anggap sebagai musuh. Mereka berusaha menyelamatkan rakyat yang ada pada bangsa mereka sendiri dan tidak mempedulikan bangsa lain. Jika ada salah satu orang diantara bangsa yang sedang bertempur tadi, melihat musuh mereka berada dalam satu penderitaan, mereka tidak akan berusaha untuk membantunya. Mereka lebih cenderung akan memanfaatkan keadaan untuk membunuh musuhnya tersebut. Namun, berbeda dengan Yesus. Ia berkorban untuk siapa saja tanpa memandang siapakah yang Ia perjungkan. Ia juga tidak memihak kepada siapapun sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Malahan semua diuntungkan, karena Ia sendiri yang menjadi ganti atas setiap penderitaan yang seharusnya kita tanggung. Yesus juga memiliki dasar mengapa Ia berbuat seperti itu, mengapa Ia mau berkorban. Ia mau disiksa, dianiaya, diludahi, dihina bahkan sampai disalibkan. Mengapa Ia mau seperti itu? padahal seharusnya itu semua kita yang harus menanggungnya. Alasan itu bukan karena kita memiliki banyak kelebihan, atau karena kita memiliki harta yang berlimpah, atau karena hal-hal lain yang kita miliki. Namun satu alasanNya adalah “karena Ia sangat mengasihi kita!!”.

Setelah kita merenungkan betapa besar pengorbanan yang sudah Yesus lakukan bagi setiap kita, apakah kita masih ingin terus menyakiti-Nya dengan cara kita tidak hidup sesuai firman-Nya dan menuruti hawa nafsu kita sendiri? Atau kita mau berusaha untuk membalas setiap kebaikan-Nya dengan cara menyerahkan seluruh hidup kita untuk Tuhan. Karena Ia sudah melakukan pengorbanan yang sejati bagi setiap kita. Mari ubah ubah cara hidup kita yang sering menyakti hati Tuhan menjadi hidup yang selalu rindu untuk menyenangkan hati-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. (sdr Danang)

Pengikut Akun Facebook

Pengikut akun Twitter atau Blogger